BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar belakang
Kita ketahui bahwasanya dalam konteks jiwa
manusia memiliki mental dan ambang tertentu. Dalam konteks kejiwaan seseorang
memiliki karakteristik tertentu dan keseimbangan tertentu yang unik. Dalam
mental seseorang akan membentuk sebuah adaptasi dalam proses mempertahankan
keseimbangannya sehingga diperoleh sebuah dayatahan untuk mempertahankan
dirinya dalam menghadapi berbagai masalah yang akan dihadapi nantinya dari
waktu-kewaktu.
Meskipun dalam konteks keperawatan merupakan
hal yang sangat mengedepankan pelayanan, akan tetapi dalam prakteknya masih
banyak hal yang tidak diinginkan yang kerap sekali terjadi dalam konteks
pelayanan kesehatan. Pada dasarnya setiap parawat pun adalah seorang individu
dengan masing-masing background yang berbeda. Dalam konteks inilah terjadi
banyak sekali hal yang memungkinkan berbagai macam sikap yang dikarenakan ego
yang berbeda-beda dari tiap perawat yang sebenarnya tidak boleh terjadi.
Standard perawatan terbaik adalah sebuah
pelayanan yang memenuhi sebuah kriteria dan mampu menjalankan peraturan di dalamnya.
Selain itu dalam konteksnya, terdapat pula harapan pasien akan pelayanan
keperawatan yang di inginkan pula. Sehingga ada pemenuhan yang sesuai dengan
yang diharapkan pada mestinya.
I. 2. Rumusan masalah:
1. Apa itu kekerasan dan kekerasan menurut
berbagai pandangan.
2. Pengertian stress adaptasi dan pase-pase
stres.
3. Ego yang dapat timbul pada perawat dalam
menghadapi klien dan perilaku perawat sebagaimana mestinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kasus Kepribadian
Pengertian kasus menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah keadaan atau kondisi khusus yg berhubungan dengan seseorang
atau suatu hal. Dalam hal kasus kepribadian dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud kasus disini adalah sebuah keadaan khusus yang berhubungan dengan
individu seseorang berkenaan dengan kepribadiannya. Pengertian kasus tersebut
kerap kali mengarah pada sebuah persepsi negatif, sehingga kasus kepribadian
disini sering dinilai sebagai sebuah kondisi khusus yang dipandang sebagai
sebuah penyimpangan perilaku manusia yang tidak sebagaimnana wajarnya.
Teori-teori
psikologi kepribadian dari Abraham Maslow
Pada teori kepribadian ini Maslow menitik
beratkan kepada hirarki kebutuhan Maslow yang harus dimiliki oleh setiap
individu, yaitu:
1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis atau
Biologis
Dimana kebutuhan ini adalah kebutuhan yang
paling kuat dan paling jelas diantara kebutuhan-kebutuhanyang lainnya, yaitu
kebutuhan mempertahankan hidupnya secara fisik diantaranya adalah: kebutuhan
akan makanan, minuman, tempat untuk bernaung, sek, oksigen.
Maslow mengatakan seseorang yang belum
terpenuhi kebutuhan dasarnya, maka ia akan terlebih dahulu memenuhi kebutuhan
dasarnya sebelum beranjak kepada kebutuhan yang lain.
2. Kebutuhan akan Rasa Aman
Setelah kebutuhan fisiologis/biologis
terpenuhi, maka muncul kebutuhan baru yaitu kebutuhan akan rasa aman. karena
kebutuhan rasa aman sangat dibutuhkan pada masa kanak-kanak sampai pada masa
lansia.
3. Kebutuhan akan rasa cinta kasih
Cinta, sebagaimana kata itu digunakan oleh
Maslow, tidakboleh dikacaukan dengan seks, yang dapat dipadankan dengan
sebagian kebutuhan fisiologis semata. Maslow juga mengemukakan bahwa tanpa
cinta pertumbuhan dan perkembangan manusia akan terhambat. Menurut Maslow,
cinta menyangkut hubungan yang sehat dan penuh kasih sayang antara dua orang.
4. Kebutuhan akan penghargaan
Setiap orang memiliki dua kategori
kebutuhan yakni “harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri
meliputi: kebituhan akan percaya diri, kompetensi, pengusaan, kecukupan
prrestasi, ketidak ketergantungan dan kebebesan. Sedangkan kebutuhan akan
dihargai oleh orang lain adalah: prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian,
kedudukan, nama baik serta penghargaan.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri
“Setiap orang harus berkembang sepenuh
kemampuannya”, itulah yang dikatakan Maslow. Oleh karna itu, setiap orang dapat
mengembangkan dirinya dengan sepenuh kemampuan yang dimilikinya untuk dapat
menjadi manusia seutuhnya.
Dari teori Maslow itu sendiri bahwa pada
dasarnya kepribadian seseorang yang normal itu adalah individu yang selalu
memiliki kelima aspek tersebut yang saling terkoneksi antara satu dengan yang
lainnya. Dengan demikian sebuah kasus atau perihal yang tidak normal dalam
kasus seorang individu adalah seseorang yang tidak bisa memiliki atau
mengembangkan salah satu atau sebagian dari kelima aspek tersebut.
B. Kekerasan
1. Pengertian kekerasan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kekerasan adalah
perbuatan seseorang atau kelompok orang yg menyebabkan cedera atau matinya
orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Pada
dasarnya kekerasan adalah sebuah tindakan fisik yang menyebabkan kerugian fisik
pada individu lainnya. Kerasan adalah sebuah tindakan yang memiliki batas ruang
dan waktu. Kekerasan dari sisi waktu adalah bahwa kekerasan sudah terjadi sejak
masa adam pula yang dimana anak adam
yang melakukan pembunuhan terhadap saudaranya. Sedangkan kekerasan dari sisi
ruang adalah bahwa kekerasan juga memiliki ruang, kekerasan dalam rumah tangga
adalah sebuah tipe kekerasan yang sangat kecil yang melibatkan satu individu
dengan individu lain sedangkan perang yang melibatkan antar golongan adalah
salah satu contoh perilaku dengan ruang yang besar.
2. Pandangan Psikoanalisa terhadap kekerasan
Menurut teori psikoanalisa, struktur jiwa manusia
dibagi menjadi tiga, yaitu superego, ego dan id. Superego bekerja berdasarkan
prinsip ideal (yang seharusnya). Isi superego adalah segala perintah dan
larangan yang dibatinkan (internalisasi) dari orang tua dan tokoh-tokoh yang
berkuasa (juga ajaran agama) bagi si anak. Ego bekerja berdasarkan prinsip
realita. Egolah yang terutama menggerakkan perilaku sadar individu. Sedangkan
id bekerja berdasarkan prinsip kenikmatan/kesenangan. Pribadi yang sehat adalah
pribadi yang memiliki ego yang kuat sehingga mampu mengontrol dorongan yang
berasal dari id maupun superegonya.
Pada dasarnya perilaku manusia digerakkan oleh dua
dorongan dasar, yaitu dorongan untuk hidup (eros) dan dorongan untuk mati
(thanatos). Dorongan untuk hidup kemudian oleh Freud dispesifikkan pada
dorongan seks (libido) sebagai intinya. Ini disebabkan karena Freud melihat
berdasarkan pengalaman prakteknya, banyak pasien yang mengalami gangguan mental
disebabkan mereka tidak mampu mengekspresikan dorongan seks mereka secara
wajar. Libido ini yang mengisi energi pada id.
Pada bagian lain, energi superego berasal dari
thanatos. Itulah sebabnya mengapa orang yang superegonya kuat dan mendominasi
kepribadiannya, mudah diliputi kecemasan dan rasa bersalah yang pada akhirnya
membuat individu diliputi perasaan putus asa dan depresi (bahkan keinginan
untuk bunuh diri). Ini terjadi karena energi thanatos diarahkan kepada diri
sendiri. Sedangkan bila energi thanatos diarahkan ke luar, ini akan muncul
dalam bentuk perilaku agresi yang bersifat destruktif termasuk di dalamnya
rupa-rupa tindak kekerasan.
Berdasarkan pandangan psikoanalisa tersebut bisa
ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya dorongan untuk melakukan tindak
kekerasan memang sudah menjadi sifat dasar manusia (bawaan). Semua manusia
berpotensi (tanpa kecuali) untuk melakukan tindak kekerasan (entah terhadap
diri sendiri maupun kepada orang lain).
3. Pandangan behaviorisme terhadap kekerasan
Berbeda dengan psikoanalisa, behaviorisme berpendapat
bahwa kekerasan disebabkan dari hasil belajar. Manusia akan cenderung
mengulangi tingkah laku yang menguntungkan dirinya sehingga tingkah laku
tersebut akhirnya menjadi sifat dirinya. Orang yang berbadan kekar cenderung
akan melakukan tindakan agresif karena tindakan tersebut lebih banyak
menguntungkan dirinya (orang lain yang badannya kecil akan kalah dengannya). Di
sini berlaku prinsip penguatan (reinforcement).
Tingkah laku juga terjadi karena adanya modelling
(belajar meniru). Bila lingkungan sekitar (orang tua, saudara, tetangga, media)
menyajikan adegan-adegan kekerasan, maka sangatlah mungkin individu akan meniru
tindakan kekerasan tersebut.Jadi, behaviorisme melihat bahwa perilaku kekerasan
terjadi karena memang perlilaku tersebut membawa konsekuensi yang positif
(menyenangkan) bagi individu pelakunya serta karena memang lingkungan
menyediakan model-model untuk melakukannya.
C. Stress Adaptasi
1. Pengertian stress adaptasi
Stres adalah penekanan pada
peristiwa-peristiwa dan situasi-situasi negatif yang dialami individu yang
dapat menimbulkan efek yang tidak teratur pada perilakunya(lahey dan ciminero,
1998). Stress muncul akibat terjadinya kesenjangan antara tuntutan yang
dihasilkan lehtransaksi antara individu dan lingkungan dengan sumberdaya
biologis phisikologis atau system social yang dimiliki individu tersebut
(sarafino,1998).
Adaptasi adalah proses penyesuaian diri
terhadap beban lingkungan agar organisme dapat bertahan hidup.
2. Proses Terjadinya Stres dan Adaptasi
Penyebab Stres dan Stressor Phisikososial
Stressor Phisikososial adalah setiap keadaan atau
peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehiduan seseorang, sehingga orang
itu terpaksa mengadakan adaptasi untuk mengadapi setresor terseut. Stress
tersebut pada dasarnya berasai kehidupan manusia itu sendiri dengan individu
lainnya atau masalah yang didapat dari hasil akan sosial itu. Tanpa sebuah
penyesuaian seseorang terhadap kondisi tekanan tersebut, maka dia tidak akan
dapat menjalani kehidupannya sebagai mana semestinya. Maka dari itu manusia akan
berusaha untuk menyesuaikan dirinya untuk bisa menghadapi masalah tersebut dan
dengan demikian kondisi tekanan yang disebabkan oleh hal yang serupa akan lebih
baik diselesaikan.
3. Rentang Respon dan Adaptasi
Dalam tahun 1936, Selye merumuskan Sress sebagai General
Adaptation Syndrome (GAS) atau sindrom penyesuaian umum.Bila faktor penyebab
stress tidak dapatdiatasi dan faktor penyebab tresebut terlalu besar maka
reaksi tubuh yaitu GAS mulai bekerja untuk melindungi individu agar dapat
bertahan hidup. GAS Pada dasarnya merupakan reaksi fisiologis akibat rangsangan
fisik dan psikososial. Bila individu terrancam oleh stress, isyaratnya akan
dikirim ke otak dan otak mengirim informasi kehipotalamus sehingga saraf otonom
dan endokrinterstimulasi. Akibatnya terjadi perubahan fisiologis berupa gejala
dari sistem saraf otonom dan endokrin. Selye membagi reaksi umum tubuh terhadap
Stress dalam tiga tahap yaitu Reaksi Waspada, Reaksi Melawan, dan Reaksi
Kelelahan.
a. Tahap Reaksi Waspada
Pada tahap ini dapat dilihat reaksi
psikologis “fight or flight syndrome” dan reaksi fisiologis. Pada tahap ini
individu mengadakan reaksi pertahanan terekspos pada stresor. Tanda fisik yang
akan muncul adalah curah jantung meningkat, peredaran Darah darah cepatdarah di
perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstrermitas. Karenya
banyaknya organ tubuh yang terpengaruhi, maka gejala stress akan mempengaruhi
denyut nadi, ketegangan otot. Pada saat yang sama, daya tahan tubuh berkurang,
dan bahkan bila stressor sangat besar atau kuat (misal: Luka bakar hebat, suhu
yang terlalu panas/dingin) daoat menimbulkan kematian.
b. Tahap Melawan
Pada tahap ini individu mencoba berbagai
macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur
strategi untuk mengatasi stressor. Tubuh berusaha menyeimbangkan prosses
fisiologis yang telah dipengaruhi selama reaksi waspada untuk sedapat mungkin
untuk kembali keadaan normal dan pada waktu yang sama tubuh mencoba mengatasi
faktor-faktor penyebab stres.
c. Tahap Kelelahan
Tahap ini terjadi ketika ada suatu
perpanjangan tahap awal stress yang tubuh individu telah trebiasa. Energi
penyesuaian terkuras, dan individu tersebut tidak dapat lagi mengambil dari
berbagai sumber untuk penyesuaian yang digambarkanpada tahap kedua. Akan timbul
gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan
mental, penyakit arteri koroner, bisul, colitis.
D. Ego yang Dapat Timbul pada Perawat dalam
Menghadapi Klien
Pengertian ego itu sendiri adalah sebuah konsep
indifidu tentang diri meraka sendiri. Sehingga yang dimaksud ego dalam
keperawatan adalah sebuah konsep diri seorang perawt dalam menjalankan tugas
mereka sebagai perawat. Dalam hal ini ego yang sering dimaknai adalah sebuah
konsep yang mementingkan atau mengutamakan diri sendiri meski dalam hal
positifnya ego juga seringkali merujuk pada hal yang positif yang mengingat
pada pengertiannya tentang konsep diri.
1. Ego perawat yang tidak baik kepada pasien
Perawat adalah seorang yang melaksanakan
tindakan keperawatan. Tanpa adanya seorang perawat, tentunya tidak akan ada
sebuah tindakan keperawatan yang langsung terjadi dengan sebagaimana mestinya
terhadap pasien.salah satu definisi juga menyatakan bahwa kualitas pelayanan
kesehatan biasanya mengacu pada kemampuan rumah sakit, memberi pelayanan yang
sesuai dengan standar profesi kesehatan dan dapat diterima oleh pasiennya. Dari
pengaertian tersebut disimpulkan bahwa perawat adalahyang menjadi faktor utama
kualitas sebuah rumah sakit, dikarenakan jasa seorang perawatlahyang akan lebih
bisa dirasakan olehseorang pasiennya.
Dalam menjalanka tugasnya sebagai perawat
tentunya setiap individu perawat memiliki kepribadian yang kadangkala tidak
bisa menyesuaikan dengan sikap yang sehrusnya dia lakukan. Itu semua
dipengaruhi oleh ego dari setiap individu perawatnya dala melaksanakan tindakan
keperawatan. Adapun tindakan perawat yang cenderung memiliki ego yang tidak
baik diantarangya:
a. Tidak memiliki simpati
Simpati merupakan sebuah rasa kepedulian
seseorang terhadap individu lainnya. Rasa simpati merupakan sebuah rasa yang
pada umumnya harus dimiliki dan yang merupakan prinsip seorang perawat terhadap
pasiennya. Tanpa adanya rasa simpati seorang perawat terhadap pasiennya dia
tidak akan pernah bisa mewujudkan sebuah tindakan asuhan keperawatan yang
didalamnya melibatkan proses kepedulian dan membantu pasiennya.
b. Jenuh
Jenuh merupakan sebuah tindakan manusia
yang merujuk kepada batas akan rasa suka yang manusia lakukan dalam artian,
dalam artian manusia itu telah merasakan bosan. Sikap ini kerap sekali timbul
pada seorang perawat, kondisi perawat yang seperti demikina itu dapat mempengaruhi
akan kualitas pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh seorang perawat.
c. Malas
Malas adalah sebuah sikap atau perilaku
cenderung tidak melakukan sesuatu. Malas adalah ego pada seorang perawat yang
seringkali muncula dan yang memang seharusnya di inggalka oleh seorang perawat.
Kondisi seseorang perawat yang malas dapat sangat mempengaruhi terhadap
keefetifan dalam proses tindakan keperawatan, sehingga memungkinkan pasien
tidak mendapatkan perawatan yang sebagai mana mestinya. Dan kadang kala denga
sifat inilah pasien kerapkali tidak mendapatka apa yang seharusnya dia
dapatkan.
Pada dasarnya dalam sebuah tindakan keperawatan dapat
mempengaruhi psikologi seseorang pasiennya yang diaman tingkat kesembuhan tidak
hanya bisa diefektifkan hanya dengan sebuah tindakan pengobatan saja, oleh
sebab itu memang sangat penting untuk menjaga kedekatan seorang perawat dengan
pasiennya yang selalu memperhatikan aspek biopsikososialnya.
2. Sikap pelaku pelayanan yang semestinya
dilaukan perawat
Soegiarto (1999) menyebutkan lima aspek
yang harus dimiliki jasa pelayanan, yaitu :
a.
Cepat, waktu yang digunakan dalam melayani tamu minimal sama dengan
batas waktu standar. Merupakan batas waktu kunjung dirumah sakit yang sudah
ditentukan waktunya.
b.
Tepat, kecepatan tanpa ketepatan dalam bekerja tidak menjamin kepuasan
konsumen. Bagaimana perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien yaitu
tepat memberikan bantuan dengan keluhan-keluhan dari pasien.
c.
Aman, rasa aman meliputi aman secara fisik dan psikis selama
pengkonsumsian suatu poduk atau. Dalam memberikan pelayanan jasa yaitu
memperhatikan keamanan pasien dan memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada
pasien sehingga memberikan rasa aman kepada pasien.
d.
Ramah tamah, menghargai dan menghormati konsumen, bahkan pada saat
pelanggan menyampaikan keluhan. Perawat selalu ramah dalam menerima keluhan
tanpa emosi yang tinggi sehingga pasien akan merasa senang dan menyukai
pelayanan dari perawat.
e.
Nyaman, rasa nyaman timbul jika seseorang merasa diterima apa adanya.
Pasien yang membutuhkan kenyaman baik dari ruang rawat inap maupun situasi dan
kondisi yang nyaman sehingga pasien akan merasakan kenyamanan dalam proses
penyembuhannya.
Berdasarkan pandangan beberapa ahli diatas
dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kualitas pelayanan keperawatan adalah
sebagai berikut :
a.
Penerimaan meliputi sikap perawat yang selalu ramah, periang, selalu
tersenyum, menyapa semua pasien. Perawat perlu memiliki minat terhadap orang
lain, menerima pasien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar belakang sosial
ekonomi dan budaya, sehingga pribadi utuh. Agar dapat melakukan pelayanan
sesuai aspek penerimaan perawat harus memiliki minat terhadap orang lain dan
memiliki wawasan luas.
b.
Perhatian, meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
perlu bersikap sabar, murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan
pertolongan kepada pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan, memiliki
sensitivitas dan peka terhadap setiap perubahan pasien, mau mengerti terhadap
kecemasan dan ketakutan pasien.
c.
Komunikasi, meliputi sikap perawat yang harus bisa melakukan komunikasi
yang baik dengan pasien, dan keluarga pasien. Adanya komunikasi yang saling
berinteraksi antara pasien dengan perawat, dan adanya hubungan yang baik dengan
keluarga pasien.
d.
Kerjasama, meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama
yang baik dengan pasien dan keluarga pasien.
e.
Tanggung jawab, meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas,
mampu mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta
tepat dalam bertindak.
3. Harapan Pasien Terhadap Pelayanan
Keperawatan
Klien menginginkan perawat yang melayaninya memiliki
sikap baik, murah senyum, sabar, mampu berbahasa yang mudah difahami, serta
berkeinginan menolong yang tulus dan mampu menghargai klien dan pendapatnya.
Mereka mengharapkan perawat memiliki pengetahuan yang memadai tantang kondisi
penyakitnya sehingga perawat mampu mengatasi setiap keluhan yang dialami oleh
individual klien (Meyers & Gray, 2001). Namun demikian masih banyak
ditemukan keluhan klien tentang perawat yang kurang ramah, kurang tanggap dan
kurang kompeten.
Saat ini pasien mengharapkan pelayanan kesehatan
khususnya keperawatan yang memuaskan. Pada kenyataannya saat ini masih banyak
juga pelayanan rumah sakit yang dikeluhkan oleh pasien. Kasus Prita Mulyasari
(32) yang tidak puas dengan pelayanan di RS Omni Tangeran. Ia menulis email
tentang pelayanan di RS omni yang tidak memuaskan, tetapi RS membawa Prita ke
jalur hukum dan langsung ditahan. Sejak kasus itu muncul suasana RS omni
sekarang semakin sepi dan lengang. Pantauan di lokasi tidak banyak aktivitas di
dalam RS omni, ruangan megah itu terlihat lapang karena yang ada hanya pelayanan
administrasi dan pelayanan farmasi (http:/ruang hati.com/2009/06/09).Di RS Tria
Dipa Jakarta seorang pasien mengatakan tidak puas dengan pelayanan yang ada.
Kejadian ini bermula saat membawa bapaknya di UGD RS Tria Dipa karena tidak
bisa buang air besar selama tiga hari yang tidak segera dilayani dan merasa
disepelekan oleh petugas UGD dengan berbagai alasan. Mereka malah menyuruh
megurus administrasi dengan sikap yang tidak bersahabat. Akhirnya pasien tadi
meninggal dunia (http:/haryono,multiply,com/journal/item/165)
Memang harapan masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan di Rumah Sakit tidak selalu sesuai apa yang diinginkan masyarakat.
Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan perawat. Semakin
tinggi pengetahuan dan pendidikan seorang perawat akan lebih cepat dan tanggap
akan kebutuhan bio, psio, sosial dan spiritual bagi pasien maupun keluarga
pasien. Sehingga perawat akan lebih mampu dalam membantu pasien untuk mengatasi
masalah kesehatan yang dihadapi. Sedangkan para penerima jasa pelayanan
kesehatan saat ini telah menyadari hak-haknya sehingga keluhan, harapan,
laporan, dan tuntutan ke pengadilan sudah menjadi suatu bagian dari upaya
mempertahankan hak mereka sebagai penerima jasa tersebut.
BAB III
PENUTUP
III. 1. Kesimpulan
1. Kasus kepribadian
Kasus kepribadian adalah sebuah kejadian
dimana seseorang individu mengalami sebuah penyimpangan kepribadian.
Menurut Abraham maslow psikologi
kepribadian seseorang diantaranya:
1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis atau
Biologis
2. Kebutuhan akan Rasa Aman
3. Kebutuhan akan rasa cinta kasih
4. Kebutuhan akan penghargaan
5. Kebutuhan
akan aktualisasi diri
Sehingga kesimpulannya adalah sebuah kasus
dalam psikologi yang dinilai abnormal adalah seseorang yang tidak memiliki atau
tidak bisa mengembangkan kelima aspak tersebaut.
2. Kekerasan
Kekerasan merupakan sebuah kegiatan fisik
yang dapat menyebabkan kerusakan atau kematian pada fisik indifidu lainnya.
Kekerasan juga merupakan sebuah kegiatan fisik yang memiliki ruang lingkup
ruang dan waktu.
3. Stres adaptasi
Stres adalah penekanan pada
peristiwa-peristiwa dan situasi-situasi negatif yang dialami individu syang
dapat menimbulkan efek yang tidak teratur pada perilakunya. Sedangkan adaptasi
adalah sebuah proses penyesuaian seseorang terhadap sebuah hal. Stress adaptasi
adalah sebuah kondisi penyesuaian antara seseorang indifidu terhadap kondisi
penekanan mental untuk menjadi lebih setabil dalam kurun waktu yang akan
datang.
4. Ego yang dapat timbul pada perawat dalam
menghadapi klien
Ego merupakan sebuah kopnsep individu
tentang diri mereka sendiri. Sehingg ego dalam hal pelayanan kesehatan adalah
konsep perawat tentang diri merekasendiri dalam menjalankan tugas mereka. Dalam
hal ini ego yang kerap kali timbul diantaranya tidak memiliki simpati, jenuh
dalam melakukan tindakan pelayanan kesehatan dan malas melakukan tindakan
keperawatan kepada klien.
III. 2. Saran
Dalam sebuah konsep keperawatan, ego dari
setiap individu memang sesuatu yang harus diperhitungkan dalam melakukan ebuah
tindak keperawatan. Sehingga materi ini patut diperhatikan dan harus menjadi
sebuah pondasyang dapat menyadarkan para mahasiswa akan ketentuan yang
sesungguhnya tentang bagaimana pelayanan kesehatan sebagai mestinya. Oleh sebab
itu sudah seyogyanya materi ini menjadi sebuah kajian yang sangat penting untuk
para mahasiswa dalam mengsiasati tindak asuhan keperawatan dari segi psikologi
Daftar pustaka:
1.
http://ijammeru.blogspot.com/2011/04/makalah-asuhan-keperawatan-stress.html
2.
http://nurulindrawati.blogspot.com/p/emosi-stress-dan-adaptasi.html
3.
http://tiussis.blogspot.com/2008/12/psikologi-kekerasan.html
4.
http://baihidlajiandra.blogspot.com/2011/02/sikap-perawat-dalam-pelayanan-di-rs.html
5.
http://makulnurse.blogspot.com/2013/03/sikap-perawat_1171.html
6.
http://tedjho.wordpress.com/2012/04/15/stress-dan-adaptasi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar