Jumat, 12 September 2014

sistem pernafasan


BAB I
PENDAHULUAN
I.       1. latarbelakang
Tubuh manusia dapat bertahan tanpa makanan bisa dalam beberapa minggu dan tanpa air dalam beberapa hari, akan tetapi jika pernafasan terhenti dalam tiga atau enam menit saja dapat menimbulkan kematian. Setiap orang membutuhkan suplai oksigen yang konstan untuk jaringan tubuh, seperti jantung dan otak. System respirasi menghantarkan udara yang berisi oksigen kedalam darah dan mengeluarkan produk gas-gas sisa metabolisme.
Aliran udara dapat dihantarkan kedalam saluran pernafasan karena terdapat perbedaan tekanan yang dihasilkan oleh dada dan otot-otot pernafasan selama respirasi. Kekurangan suplai oksigen pada beberapa organ dalam tubuh dapat menghambat kinerja atau bahkan berbagai macam kendala dalam system tubuh manusia seperti kematian sel-sel neuron pada otakg dapat menyebabkan koma.

I.       2. Rumusan masalah
a.    Mengetahui organ-organ pernafasan dan cara kerjanya
b.    Mengetahui kerja ventilasi paru-paru
c.    Sirkulasi paru-paru dalam pendauran oksigen
d.    Mengetahui prinsif-prinsif pertukaran gas pada paru-paru
e.    Memahami transpot oksigen dan karbondioksida dalam darah
f.     Mengetahui pengaturan sistem pernafasan

















BAB II
PEMBAHASAN

A.   FUNGSI SISTEM PERNAFASAN
Fungsi sistem pernapasan adalah mengambil oksigen (O2) dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan mentranspor karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organ-organ respiratorik juga berfungsi dalam produksi wicara dan berperan dalam keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing, dan pengaturan hormonal tekanan darah.
Respirasi melibatkan proses berikut :
1.    Ventilasi pulmoner (pernapasan) adalah jalan masuk dan keluar udara dari saluran pernapasan dan paru-paru.
2.    Respirasi eksternal adalah difusi O2 dan CO2 antara udara dalam paru dan kapilar pulmonari.
3.    Respirasi internal adalah difusi O2 dan CO2 antara sel darah dan sel-sel jaringan.
4.    Respirasi selular adalah penggunaan O2 oleh sel-sel tubuh untuk produksi energy, dan pelepasan produk oksidasi (CO2 dan air) oleh sel-sel tubuh.
Saluran pernapasan terdiri dari cabang-cabang saluran dari lingkungan sampai ke paru-paru.

B.   ORGAN-ORGAN PERNAFASAN
a.    Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Hidung merupakan pintu masuk pertama udara yang kita hirup. Udara masuk dan keluar sistem pernapasan melalui hidung, yang terbentuk dari dua tulang hidung dan beberapa kartilago. Terdapat dua pintu pada dasar hidung-nostril (lubang hidung), atau nares eksternal yang dipisahkan oleh septum nasal di bagian tengahnya.
Lapisan mukosa hidung adalah sel epitel bersilia, dengan sel goblet yang menghasilkan lendir. Udara yang melewati rongga hidung dihangatkan dan dilembabkan. Bakteri dan partikel polusi udara akan terjebak dalam lendir; silia pada lapisan mukosa secara kontinu menyapu lendir ke arah faring. Sebagian besar lendir ini pada akhirnya akan tertelan, dan setiap bakteri yang ada akan dihancurkan oleh asam hidroklorida dalam getah lambung.
Rongga nasal berhubungan dengan beberapa rongga lain yang terdapat dalam tulang tengorak, yaitu sinus paranasal yang fungsinya adalah untuk meringankan tulang tengkorak dan memberikan resonansi suara. Rongga ini berhubungan dengan rongga nasal melalui saluran kecil yang juga dilapisi oleh membran mukosa. Karena saluran ini sempit, maka ia mudah tersumbat selama proses inflamasi dan infeksi. Lendir dan cairan lainnya menjadi terperangkap dan menumpuk di dalam sinus yang tersumbat, menimbulkan tekanan yang terasa sangat nyeri. Kondisi ini disebut sinusitis.
Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.
b.    Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.
Bagian paling atas (superior) adalah nasofaring, yang terletak di belakang rongga nasal. Nasofaring berhubungan dengan nares internal dan ostium ke kedua tuba auditorius, yang memanjang ke telinga tengah. Adenoid atau tonsil faringeal terletak pada dinding posterior nasofaring, yaitu nodulus limfe yang mengandung makrofag. Nasofaring adalah saluran yang hanya dilalui oleh udara, tetapi bagian faring lainnya dapat dilalui baik oleh udara maupun makanan, namun tidak untuk keduanya pada saat yang bersamaan.
Bagian faring yang dapat anda lihat ketika anda bercermin dengan mulut terbuka lebar adalah orofaring, terletak di belakang mulut; mukosa orofaring adalah epitel skuamosa bertingkat, dilanjutkan dengan epitel yang terdapat pada rongga mulut. Pada dinding lateralnya terdapat tonsil palatin yang juga nodulus limfe. Tonsil adenoid dan lingual pada dasar lidah, membentuk cincin jaringan limfatik mengelilingi faring untuk menghancurkan patogen yang masuk ke dalam mukosa.
Laringofaring merupakan bagian paling inferior dari faring. Laringofaring membuka ke arah anterior ke dalam laring dan ke arah posterior ke dalam esofagus. Kontraksi dinding muskular orofaring dan laringofaring merupakan bagian dari refleks menelan.
c.    Laring (kotak suara)
Laring sering disebut kotak suara, nama yang menunjukkan salah satu fungsinya, yaitu berbicara adalah saluran pendek yang menghubungkan faring dengan trakhea. Laring memungkinkan udara mengalir di dalam struktur ini, dan mencegah benda padat agar tidak masuk ke dalam trakhea. Laring menjadi tempat pita suara, dengan demikian laring menjadi sarana pembentukan suara. Dinding laring terutama dibentuk oleh tulang rawan (kartilago) dan bagian dalamnya dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Kartilago laring terdiri atas sembilan buah yang tersusun sedemikian rupa. Kartilago laring yang terbesar adalah kartilago tiroid, yang teraba pada permukaan anterior leher. (Pada pria kartilago ini membesar yang disebut Adam’s apple atau buah jakun).
Epiglotis atau kartilago epiglotik adalah kartilago yang paling atas, bentuknya seperti lidah dan keseluruhannya dilapisi oleh membran mukosa. Selama menelan, laring bergerak ke atas dan epiglotig tertekan ke bawah menutup glotis. Gerakan ini mencegah masuknya makan atau cairan ke dalam laring.
Pita suara terletak di kedua sisi glotis. Selama bernapas, pita suara tertahan di kedua sisi glotis sehingga udara dapat masuk dan keluar dengan bebas dari trakhea. Selama berbicara otot-otot instrinsik laring menarik pita suara menutupi glotis, dan udara yang dihembuskan akan menggetarkan pita suara untuk menghasilkan bunyi yang selanjutnya diubah menjadi kata-kata. Saraf kranial motorikyangmempersarafi faring untuk berbicara adalah nervus vagus dan nervus aksesorius.

d.    Tenggorokan (Trakea)
Pipa udara atau trakhea adalah saluran udara tubular yang mempunyai panjang sekitar 10 sampai 13 cm dengan lebar sekitar 2,5 cm. Trakhea terletak di depan esofagus dan saat palpasi teraba sebagai struktur yang keras, kaku tepat di permukaan anterior leher. Trakhea memanjang dari laring ke arah bawah ke dalam rongga toraks tempatnya terbagi menjadi bronkhi kanan dan kiri.
Dinding trakhea disangga oleh cincin-cincin kartilago, otot polos, dan serat elastik. Cincin kartilago ini berujung terbuka yang menghadap belakang seperti huruf C yang banyaknya sekitar 16 sampai 20 buah. Ujung terbuka dari cincin ini dihubungkan oleh otot polos dan jaringan ikat, memungkinkan pelebaran esofagus ketika makanan ditelan. Cincin kartilago memberikan bentuk kaku pada trakhea, mencegahnya agar tidak kolaps dan menutup jalan udara.
Bagian dalam trakhea dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Lapisan mukosa ini banyak mengandung sel yang menyekresi lendir disebut PSCC, pseudostratified ciliated columnar. Seperti halnya pada laring, silia pada trakhea juga menyapu ke arah atas raengarah ke faring. Ketika mencapai faring, mukus biasanya tertelan atau dikeluarkan sebagai sputum. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
e.    Cabang-cabang Tenggorokan (Bronki)
Ujung distal trakhea membagi menjadi bronkhi primer kanan dan kiri yang terletak di dalam rongga dada. Di dalam paru-paru, masing-masing bronkhus primer sedikit memanjang dari trakhea ke arah paru-paru membentuk cabang menjadi bronkhus sekunder, meski perpanjangan ini tidak simetris: cabang bronkhus kiri mempunyai sudut yang lebih tajam dibanding dengan cabang bronkhus kanan.
Sebagai akibat dari perbedaan anatomi ini adalah bila benda asing secara tidak sengaja terhirup biasanya akan tersangkut pada bronkhus kanan. (Bayangkan trakhea sebagai sebatang pohon yang terbalik dengan cabang-cabangnya yang menjalar yang makin lama makin kecil; percabangan yang paling kecil ini disebut bronkhiolus.) Pada dinding bronkhiolus tidak terdapat kartilago; keadaan ini menjadi penting secara klinis dalam asma. Brokhiolus yang paling kecil berakhir dalam kumpulan alveoli-kantung udara di dalam paru-paru. Fungsi percabangan bronkhial untuk memberikan saluran bagi udara antara trakhea dan alveoli. Sangat penting artinya untuk menjaga agar jalan udara ini tetap terbuka dan bersih.
Unit fungsi paru atau alveoli berjumlah sekitar 300 sampai 500 juta di dalam paru-paru pada rata-rata orang dewasa. Fungsinya adalah sebagai satu-satunya tempat pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan aliran darah. Jumlah alveoli yang sangat banyak memberikan area permukaan yang sangat luas sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran gas ini; setiap paru mempunyai area permukaan internal sekitar 80 kali lebih besar dari luas permukaan tubuh eksternal atau sekitar 70 m2 (Thibodeau & Patton, 1996).
Struktur alveoli sangat efisien untuk mendukung terjadinya difusi gas. Setiap alveolus terdiri atas ruang udara mikroskopik yang dikelilingi oleh dinding yang tipis, yang memisahkan satu alveolus dengan alveolus lainnya, dan dari kapiler didekatnya. Dinding ini terdiri atas satu lapis epitel skuamosa. Di antara sel epitel terdapat sel-sel khusus yang menyekresi lapisan molekul lipid seperti deterjen yang disebut surfaktan. Surfaktan normalnya melapisi permukaan dalam dinding alveolar, bersamaan dengan selapis tipis cairan encer. Cairan ini dibutuhkan untuk menjaga agar permukaan alveolar tetap lembab, yang penting untuk terjadinya difusi gas melalui dinding alveolar. Air dalam cairan ini mengeluarkan tenaga atraktif yang kuat disebut tekanan permukaan, yang menyebabkan dinding alveolar tertarik dan kolaps ketika udara meninggalkan bilik alveolar selama ekspirasi. Surfaktan melawan tekanan ini, dengan memungkinkan alveoli mengembang kembali dengan cepat setelah ekspirasi.
Tanpa surfaktan, tekanan permukaan akan menjadi demikian besar sehingga membutuhkan upaya muskular yang sangat besar untuk mengembangkan kembali alveoli. Contoh dalam kasus ini adalah bayi prematur yang lahir sebelum mencapai kehamilan bulan ketujuh dimana paru-paru bayi tersebut belum cukup matur sehingga bayi yang dilahirkan ini mengalami kesulitan bernapas (tidak dapat bernapas spontan).
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
Bronkus primer (utama) kanan lebih pendek, lebih tebal, dan lebih lurus dibandingkan bronkus primer kiri karena arkus aorta membelokkan trakea bawah ke kanan. Objek asing yang mausk ke dalam trakea kemungkinan ditempatkan dalam bronkus kanan. Setiap bronkus primer bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentukmbronki sekunder dan tertier dengan diameter yang semakin kecil.
f.     Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru adalah organ berbentuk pyramid seperti spons dan berisi udara. Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).
Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain.
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas.
Bagian dasar setiap paru terletak di atas diafragma; bagian apeks paru (ujung superior) terletak setinggi klavikula. Pada permukaan tengah dari setiap paru terdapat identasi yang disebut hilus, tempat bronkhus primer dan masuknya arteri serta vena pulmonari ke dalam paru. Bagian kanan dan kiri paru terdiri atas percabangan saluran yang membentuk pohon bronkhial, jutaan alveoli dan jaring-jaring kapilernya, dan jaringan ikat. Sebagai organ, fungsi paru-paru adalah tempat terjadinya pertukaran gas antara udara atmosfir dan udara dalam aliran darah. Setiap paru dibagi menjadi kompartemen yang lebih kecil. Pembagian pertama disebut lobus. Paru kanan terdiri atas tiga lobus dan lebih besar dari kiri yang hanya terdiri atas dua lobus. Lapisan yang membatasi antara lobus disebut fisura. Setiap lobus dipasok oleh cabang utama percabangan bronkhial dan diselaputi oleh jaringan ikat.
Lobus kemudian membagi lagi menjadi kompartemen yang lebih kecil dan dikenal sebagai segmen. Setiap segmen terdiri atas banyak lobulus, yang masing-masing mempunyai bronkhiole, arteriole, venula, dan pembuluh limfatik.
Dua lapis membran serosa mengelilingi setiap paru dan disebut sebagai pleurae. Lapisan terluar disebut pleura parietal yang melapisi dinding dada dan mediastinum. Lapisan dalamnya disebut pleura viseral yang mengelilingi paru dan dengan kuat melekat pada permukaan luarnya. Rongga pleural ini mengandung cairan yang dihasilkan oleh sel-sel serosa di dalam pleura. Cairan pleural melicinkan permukaan kedua membran pleura untuk mengurangi gesekan ketika paru-paru mengembang dan berkontraksi selama bernapas. Jika cairan yang dihasilkan berkurang atau membran pleura membengkak, akan terjadi suatu kondisi yang disebut pleurisi dan terasa sangat nyeri karena membran pleural saling bergesekan satu sama lain ketika bernapas.
Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus. Bronkiolus tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus).
Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan.

C.   VENTILASI PARU
Otot-otot yang menarik rangka iga ke bawah selama ekspirasi adalah (1) rektus abdominis, yang mempunyai efek tarikan kea rah bawah yang sangat kuat terhadap iga-iga bagian bawah pada saat yang bersamaan ketika otot-otot ini dan otot-otot abdomen lainnya menekan isi abdomen ke atas kea rah diagragma. Dan (2) interkostalis internus.
            Selama pernafasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot intercostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diapragma naik keatas kedalam rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Otot interkostalis internus dapat menekan iga kebawah dan kedalam dengan kuat pada waktu ekspirasi kuat dan aktif, batuk, muntah, atau defekasi. Selain itu otot-otot abdomen dapat berkontraksi sehingga tekanan intrabdominal membesar dan menekan diapragma keatas. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Tekanan intrapulmonal sekarang meningkat dan mencapai sekitar sekitar 1-2 mm Hg diatas tekanan atmosfes menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai tekanan saluran udara dan tekanan atmosfer menjadi sama kembali akhir ekspirasi.
Mekanisme inspirasi:
1.    Otot pernafasan berkontraksi, salah satunya adalah daiafragma dan intercosta eksternal. Intercosta eksternal akan meregang antara tulang rusuk dan ketika otot intercosta eksternal berkontraksi, tulang rusuk sekitarnya akan tertarik bersama-sama. Tulang rusuk kehilangan kecepatannya sepanjang ujung anterior, dekat dengan sternum, tulang rusuk tersebut bergerak keatas dan keluar, mengembangkan rongga dada.
2.    Rongga dada akan mengembang ketika otot-otot pernafasan berkontraksi dan diafragma mengerut. Meskipun intercostal dan otot abdomen sangat penting dalam mekanisme pernafasan, namun diafragma adalah organ yang utama dalam pernafasan.
3.    Otot abdomen harus dalam keadaan relaksasi ketika diafragma mengerut/ berkontraksi.
4.    Meningkatnya ukuran rongga dada menyebabkan penurunan tekanan di dalam rongga sampai 4 mm Hg dibawah tekanan atmosfer, yaitu sekitar 756 mmHg dan udara akan mengalir dengan cepat melalui saluran pernafasan kedalam paru-paru.
Mekanisme ekspirasi:
1.    Otot intercostal eksternal dan diapragma relaksasi, diikuti rongga dada kembali dalam posisi semula, ukurannya lebih kecil oleh extrinsic elastic recoil yang dibantu oleh tulang rawan, menyebabkan meningkatkan tekanan rongga dada. Pengurangan volum dalam rongga dada adalah akibab bagian dari extrinsic elastic recoil (pengembangan paru-paru) suatu jaringan paru-paru tersebut, yang akan meregang selama indpirasi dan mendorong diapragma keatas.
2.    Otot abdomen berkontraksi, mendorong abdomen kearah diapragma, dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga dada.
3.    Paru-paru berkontraksi sehingga udara akan dikeluarkan.
Mekanika pernafasan
Udara cenderung bergerak dari daerah bertekanan tinggi kedaerah bertekanan rendah yaitu menuruni gerakan tekanan.
Terdapat 3 tekanan yang berbeda yang penting bagi ventilasi:
1.    Tekanan atmosfer (barometric) yaitu tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer terhadap benda-benda dipermukaan bumi.
2.    Tekana intra-alveolus (tekanan intrapulmonalis) yaitu tekanan didalam alveolus.
3.    Tekana intrapleura (tekanan intratoniks) yaitu tekanan ini didalam kantong pleura dan tekana yang terjadi diluar paru didalam rongga toraks.


D.   SIRKULASI PARU-PARU
Suplai darah paru-paru bersifat unik dalam beberapa hal. Pertama, paru-paru mempunya dia sumber suplai darah, dari arteria bronkialis dan arteria pulmonalis. Sirkulasi bronkial menyediakan darah teroksigenisasi dari sirkulasi sistemik dan berfungsi memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan paru-paru. Arteria bronkialis berasal dari orta torakalis dan berjalan sepanjang dinding posterior bronkus. Vena bronkialis yang besar mengalirkan darahnya kedalam sistema zigos, yang kemudian bermuara pada vena kappa superior dan mengembalikan darah vena pulmonalis. Karena sirkulasi bronkial tidak teroksigenisasi tidak berperan pada pertukaran gas, darah yang tidak teroksigenisasi mengalami pirau sekitar dua sampai tiga persen curah jantung.
Arteria pulmonalis yang berasal dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena campuran keparu-paru dimana darah tersebut mengambil bagian dalam pertukaran gas. Jalinan kapiler paru-paru mengitari dan menutupi alveolus, merupakan kontrak erat yang diperlukan untuk proses pertukaran gas antara alveolus dan darah. Darah yang teroksigenisasi kemudian dikembalikan melalui vena pulmonalis melalui ventrikel kiri, yang selanjutnya membagikannya skepada sel-sel melalui sirkulasi sistemik.
Sifat lain dari sirkulasi paru-paru adalah bahwa sirkulasi paru-paru ini adalah suatu system tekanan rendah dan resistensi rendah dibandingkan dengan sirkulasi sistemik. Tekanan darah sistemik sekitar 120/80 mm Hg, sedangkan tekanan darah pulmonar (PAP) sekitar 25/10 mm Hg dengan tekanan rata-rata sekitar 15 mm Hg. Sifat ini mempunyai beberapa konsekuensi penting. Jaringan faskular pulmonar dengan resistensi dan distenbilitas yang rendah memungkinkan bebean kerja ventrikel kanan yang lebih kecil dibandingkan dengan beban kerja ventrikel kiri. Selain itu aliran darah pulmonar pada melakukan kegiatan fisik dapat ditingkatkan dengan bermakna tanpa adanya kenaikan tekanan darah pulmonary yang berarti.
Jika besar tekanan hidrostatik (HP) paru-paru orang normal yang pada umumnya sekitar 15 mm Hg  melampaui tekanan osmotikbkoloid (COP) darah yang besarnya sekitar 25 mm Hg, maka cairan akan meninggalkan kapiler paru-paru dan masuk kedalam interstitial atau alveolus, sehingga mengakibatkan aeema paru-paru. Edema paru-paru akan mengganggu pertukaran gas karena memperpanjang jalur difusi antara alveolus dan kapiler. Edema paru-paru merupakan komplikasi yang sering terjadi akibat gagal jantung kongestif, pneumonia dan gangguan paru-paru lainnya.

E.    PRINSIF PERTUKARAN GAS
Transfer oksigen dan karbondioksida melintasi membrane alveolus-kapiler yang tipis. Kekuatan pendorong untuk perpindahan ini adalah selisih tekanan persial antara darah dan pase gas. Tekanan persial oksigen dalam atmosfer pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg (21% dari 760 mmHg).
Tabel. Tekanan parsial Gas pernapasan saat masuk dan keluar paru (pada ketinggian di atas permukaan laut)

Udara Atmaosfir (mm Hg)
Udara yang Dilembabkan (mm Hg)
Udara Alveolus (mm Hg)
Udara Ekspirasi (mm Hg)
N2
597,0  (78,62%)
56 3,4  (74,09%)    
569,0  (74,9%)
566,0  (74,5%)
O2
159,0  (20,84%)
149,3  (19,67%)
104,0  (13,6%)
120,0  (15,7%)
CO2
0,3  (0,04%)
0,3  (0,04%)
40,0   (5,3%)
27,0  (3,6%)
H2O
3,7  (0.50%)
47,0  (6,20%)
47,0   (6,2%)
47,0  (6,2%)
Total
760,0  (100,0%)
760,0  (100,0%)
760,0  (100,0)
760,0  (6,2%)
Pada rata-rata  hari yang cerah dan sejuk
Pada waktu oksigen di inspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekitar 103 mmHg. Perbedaan tekanan CO2 antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah (6 mmHg) menyebabkan CO2 berdifusi kedalam alveolus. CO2 ini kemudian dikeluarkan ke atmosfer, dimana konsentrasinya pada hakikatnya nol. Kendatipun selisih CO2 antara darah dan alveolus sangat kecil namun tetap memadai karena dapat berdifusi melintasi membrane alveolus kapiler kira-kira 20 kali lebih cepat dibandingkan oksigen karena daya larunya lebih besar.
Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di kapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak selama 0,75 detik.

F.    TRANSPOT OKSIGEN DAN KARBONDIOKSIDA DALAM DARAH DAN CAIRAN TUBUH
Telah di tekankan bahwa gas dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan cara difusi, dan dan pergeraan ini selalu disebabkan oleh perbedaan tekanan persial dari tempat pertama ke tempat berikutnya. Dengan demikian, oksigen berdifusi dari alveoli ke dalam darah kapiler paru karena tekanan persial oksigen (PO2) dalam alveoli lebih besar dari pada PO2 dalam darah kapier paru.
Sebaliknya, bila oksigen di matabolisme dalam sel untuk membentuk karbondioksida, tekanan karbon dioksida (Pco2) intrasel meningkat ke nilai yang tinggi, sehingga menyebabkan karbon dioksida berdifusi ke dalam kapiler jarngan.
Difusi oksigen dari aveoil ke darah kapiler paru
Alveolus paru yang berbatasan dengan kapiler paru, yang memperlihatkan difusi molekul-molekul oksign antara udara alveolus dan darah paru. PO2 dari gas oksigen dalam alveolus rata-rata 104 mm Hg, sedangkan PO2 darah vena yang masuk kapiler paru pada ujung arterinya, rata-rata hanya 40 mm Hg karena sejumlah besar oksigen di eluarkan dari darah ini setelah melalui jaringan perifer.

Pengambilan oksigen oleh darah pari selama kerja. Selama kerja berat, tubuh manusia membutuhkan 20 kali jumlah oksigen normal. Juga, karena peningkatan curah jantung selama kerja, namun karena ada suatu factor pengamanan yang besar untuk difusi oksigen melalui membrane paru, darah tersebut hamper sepenuhnya tersaturasi dengan oksigen pada saat darah meninggalkan kapiler paru. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, seperti yang telah di bahas pada bab 39 bahwa kapitas difusi oksigen meningkat kira-kira tiga kali lipat selama kerja fisik.
Kedua, perhatikan pada kurva dalam gambar 40-1 bahwa keadaan tanpa aktivitas, darah menjadi hamper sepenuhnya hamper tersaturasi dengan oksigen pada saat melalui sepertiga kapiler paru, dan normalnya ada sedikit penambahan oksigen yang masuk ke dalam darah selama dua pertiga akhir dari perpindahannya.

Transfor oksigen dalam darah arteri
Kira-kira 98 persen darah dari paru yang memasuki atrium kiri, mengalir melalui kapiler alveolus dan menjadi teroksigenasi sampai PO2  kira-kira 104 m Hg. Sekitar 2 persennya lagi meleati aorta melalui sirkulasi bronchial, yang terutama menyuplai jaringan dalam pada paru dan tidak terpapar dengan udara paru. Aliran darah ini disebut “aliran pintas”, yang berarti darah yang memintas daerah pertukaran gas.

Peran hemoglobin dalam pengangkutan oksigen
Pada keadaan normal , sekitar 97 persen oksigen yang diangkut dari paru jaringan, dibawa dalam campuran kimiawi dengan hemoglobin didalam sel darah merah.sisanya sebanyak 33persen diangkut dalam bentuk terlarut dalan cairan plasma dan sel darah. Dengan demikian, pada keadaan normal, oksigen dibawa ke jaringan hampir seluruhnya oleh hemoglobin.

Gabungan reversible antara oksigen dengan hemoglobin
Sifat kimia hemoglobin telah dibahas pada bab 32, yang telah menjelaskan bahwa molekul oksigen bergabung secara longgar dan reversible dengan bagian heme dari hemoglobin. Bila PO tinggi, seperti dalam kapiler paru, oksigen berkaitan dengan hemoglobin, tetapi bila PO rendsh, seperti dalam kapiler jaringan, oksigen dilepaskan dari hemoglobin. Ini adalah dasar untuk hampir seluruh pengangkutan oksigen dari paru kejraringan.

Jumlah maksimum oksigen yang dapat bergabung dengan hemoglobin darah
Darah orang normal mengandung sekitar 15gram hemoglobin dalam setiap 10mililiter darah, dan tiap gram hemoglobin dapat berikatan maksimal dengan 1,34 mililiter oksigen (1,39 mililiter bila hemoglobin secara kimiawi bersifat murni, tetapi ketidakmurnian seperti hemoglobin mempengaruhi jumlah ini). Oleh karena itu15 kali 1,34 sama dengan 20,1, yang berarti bahwa rata-rata, 15gram hemoglobin dalm 100militer darah dapat bergabung dengan jumlah total hampir 20 mililter oksigen bila saturasi hemoglobinnya 100 persen. Ini biasanya dinyatakan sebagai volume 20persen. Kurva disosiasi oksigen-hemoglobin untuk orang normal dapat juga dinyatakan dalam bentuk volume persen oksigen.
Jumlah oksigen yang dilepaskan dari hemoglobin ketika aliran darah sistemik mengalir melalui jaringan
Jumlah total oksigen yang terikat dengan hemoglobin didalam darah arteri sistemik normal, dengan saturasi 97persen, kira-kiran  adalah 9,4 militer tiap 100mililiter darah. Dengan demikian dalam keadaan normal, kira-kira 5mililietr oksigen diangkut dari paru ke jaringan setiap 100 mililiter aliran darah.

Selama kerja berat sel-sel otot memakai oksigen dengan sangt cepat, yang pada keadaan ekstrem dapat menyebabkan PO cn interstisial otot turun dari nilai normal 40mm Hg menjadi 15mm Hg. Pada tekanan yang rendah ini hanya 4,4 mililiter oksigen yang tetap berikatan dengan hemoglobin dalam setiap 100mililiter darah.jumlah oksigen yang ditranspor dalam setiap volume darah yang mengalir melalui jaringan menjadi 3kali jumlah nomal. Dan perlu diingatan bahwa curah jantung dapat meningkat enam sampai tujuh kali normal pada pelari marathon yang terlatih dengan baik. Sehigga pererkalian antara peningkatan curah jantung (enam hingga tujuh kali lipt ) dengan peningkatan pengangkutan oksigen dalam setiap volume darah (tiga kali lipat ) akan menghasilkan peningkatan pengangkutan oksigen ke jaringan sebanyak 20 kali lipat.

Pengangkutan karbon dioksida dalam darah
Pengangkuatn karbon dioksida dalam darah tidaklah sesukar pengangkutan oksigen sebab walaupun dalam kondisi yang sangat abnormal, karbon dioksida biasanya dapat diangkut dalam jumlah yang lebih besar daripad oksigen. Tetai, jumlah karbon dioksida dalam darah berhubungan erat dengan keseimbangan asam-basa cairan tubuh, seperti yang telh dib ahs di bab 30. Pada setiap kaeadan istrahat yang normal, rata-rta 4 mililiter karbon dioksid diangkut dari jaringan  ke paru dalam setiap 100 mililiter darah.

Bentuk-bentuk kimia karbon dioksida sat diangkut
Untuk memulai proses pengangkutan karbon dioksida, karbon dioksida berdifusi keluar dari sel jringan dalam bentuk molekul karbon dioksida yang terlarut. Waktu memasuki kapiler jaringan, karbon dioksida segera menginisasi serangkaian reaksi secara kimia dan fisika.

G.   PENGATURAN SISTEM PERNAFASAN
a.    Pengendalian oleh saraf
Pusat otomatik dalam medulla oblongata mengeluarkan implus eferen ke blok pernafasan, melalui radik saraf servikalis diantarkan kediafragma oleh saraf premikus.
b.    Pengendalian secara kimia
Pengendalian dan pengaturan secara kimia frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan dalam sumsum dangat peka, sehingga kadar alkali harus tetap dipertahankan, karbondioksida adalah produk asam dari metabolisme dan bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernafasan untuk mengirim keluar infuls saraf yang bekerja atas otot pernafasan.


H.   INSUFISIENSI PERNAFASAN
Diagnosis dan pengobatan sebagia besar gangguan pernapasan sanagat bergantung pada pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar fisiologi pernapasan dan pertukaran gas. Beberapa penyakit pernapasan disebabka oleh ventilasi yang tidak memadai, sedangkan yang lainnya akibat kelainan difusi melalui membrane paru atau kelainan transportasi gas darah antara paru dan jaringan. Pada tiap-tiap kasus ini, pengobatan secara keseluruhan seringkali berbeda sehingga dokter tidak lagi merasa puas untuk membuat diagnosis “insufiensi pernapasan” saja.














BAB III
PENUTUP
III. 1. Kesimpulan 
Fungsi dari system pernafasan adalah untuk mengambil oksigen untuk didaurkan dengan karbondioksida yang berasal daridalam tubuh sebagai hasil metabolisme yang kemudian akan diedarkan keseluruh tubuh. Kemudian udara yang dihirup akan masuk dan melewati beberapa organ pernafasan yang diantaranya: Rongga Hidung (Cavum Nasalis), Faring (Tenggorokan), Laring (kotak suara), Tenggorokan (Trakea), Cabang-cabang Tenggorokan (Bronki), (Pulmo) Paru-paru.
Difusi atau pertukaran antara karbondioksida dan oksigen terjadi pada daerah alveoli (satuan dari alveolus) yang dipengaruhi oleh tekanan karbondioksida (Pco2) dan tekanan oksigen (PO2). Pernafasan melibatkan dua proses, yaitu ekspirasi yang merupakan proses pengeluaran udara dan insfirasi yang merupakan proses memasukan udara. Adapun pengendalian pernafasan dilakukan dengan dua cara: melalui proses pengendalian oleh saraf dan pengendalian secara kimia.

III. 2. Saran
Bernafas adalah kebutuhan yang sangat mutlak dan penting bagi setiap manusia, sehingga pemahaman dalam system ini sangat penting dalam ilmu keperawatan. ketidak lancaran atau adanya gangguan pada system ini dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi tubuh manusia. Dengan memahami system ini diharapkan setiap mahasiswa dapat mengetahui bahwa system ini sangat penting dan bisa mengaplikasikan dalam asuhan keperawatan. oleh sebab itu diharapkan setiap mahasiswa mampu menguasai system ini sebagai salah satu kemampuan dasar sebagai pondasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar