Jumat, 12 September 2014

PROSEDUR PEMBERIAN OBAT DALAM KEPERAWATAN


PROSEDUR PEMBERIAN OBAT DALAM KEPERAWATAN

BAB I
Pendahuluan
1.      1. Latar belakang
Pemberian obat menjadi salah satu tugas seorang perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat bertanggung jawab pada obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat tersebut benar. Obat yang diberikan kepada pasien, menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat karena alasan tertentu. Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien tidak bisa mengkonsumsi obat juga harus diperhatikan. Rencana tindakan keperawatanan harus mencangkup rencana pemberian obat, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja obat dan program dari dokter.
1.      2. Rumusan masalah
1.      Prosedur-prosedur pemberian obat dalam keperawatan
2.      Bagaimana pengaruh dan reaksi obat dalam tubuh
3.      Masalah-masalah dan intervensi dalam pemberian obat
4.      Rumus perhitungan pemberian obat
5.      Memahami jalur-jalur pemberian obat dan dan pelaksanaannya

1.      2. Tujuan
2.      Memahami peran perawat dalam pemberian obat
3.      Memahami efek-efek obat dalam tubuh
4.      Mampu mengatasi masalah dalam pemberian obat
5.      Mengetahui rumus perhitungan dalam pemberian obat
6.      Mengetahui dan memahami jalur-jalur dalam pemberian obat dan memahami pelaksanaannya









BAB II
Pembahasan

2.      1. Prosedur Pemberian Obat Dalam Keperawatan

A.        pentingnya obat dalam keperawatan
Obat merupakan Semua zat kimiawi, hewani, nabati, yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, dan mencegah penyakit/ gejalanya, yang diberikan kepada pasien dengan maksud tertentu sesuai dengan guna  obat tersebut. Pemberian obat yang aman dan akurat adalah tanggung jawab penting bagi seorang perawat. Meskipun obat menguntungkan, namun bukan berarti tanpa reaksi yang merugikan. Sebagai seorang perawat harus mengetahui prinsip-prinsip dalam pemberian obat secara aman dan benar. Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting.
Selain itu juga peran perawat sangat berperan penting dikarenakan perawatlah yang bertanggung jawab terhadap pemberian obat secara langsung kepada pasien. Oleh sebab itu dalam pemberian obat oleh perawat sering menggunakan konsep enam benar.
1.      Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2.      Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3.      Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti !  
4.      Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
5.      Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6.      Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman . Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan . Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien . Sekali obat telah diberikan , perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat seperti , Daftar Obat Indonesia ( DOI ) ,  Physicians‘ Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia , seperti ahli farmasi , harus dimanfaatkan perawat  jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan , kontraindikasi , dosis , efek samping yang mungkin terjadi , atau reaksi yang merugikan dari pengobatan  ( Kee and Hayes, 1996 ).
B.        Standaran reaksi obat
Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh obat akan bekerja sesuai proses kimiawi, melalui suatu reaksi obat. Reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu paruh yakni suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi sehingga terjadi pengurangan konsentrasi setengah dari kadar puncak obat dalam tubuh.
Ada 2 efek obat yakni efek teurapeutik dan efek samping. Efek terapeutik adalah obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti paliatif ( berefek untuk mengurangi gejala), kuratif ( memiliki efek pengobatan) dan lain-lain. Sedangkan efek samping adalah dampak yang tidak diharapkan, tidak bias diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alerg, toksisitas ( keracunan), penyakit iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.

1.         Efek yang diinginkan (efek terapi)
Efek terapeutik obat memang dapat menyembuhkan, tetapi tidak semua obat betul-betul menyembuhkan penyakit, banyak diantaranya hanya meniadakan atau meringankan gejalanya. Karena itu dapat dibedakan tiga jenis pengoatan, yaitu :
·           Terapi kausal : disini obat bekerja dengan cara meniadakan penyebab penyakit, misalnya pemusnahan kuman, virus atau parasit.
·           Tterapi simptomatis : hanya gejala penyakit yang diobati dan diringankan, penyebabnya yang lebih mendalam tidak dipengaruhi, misalnya kerusakan pada suatu organ atau saraf.
·           Terapi subsitusi : disini obat berfungsi menggantikan zat yang lazimnya dibuat oleh organ yang sakit. Misalnya insulin pada diabetes, karena produksinya oleh pankreas kurang atau terhenti.
2. Efek yang tidak diinginkan (efek samping)
·           Efek samping : adalah segala sesuatu khasiat yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang dimaksudkan pada dosis yang dianjurkan, misalnya rasa mual pada penggunaan digoksin, rasa kantuk pada penggunaan CTM.
·           Idiosinkrasi : peristiwa dimana suatu obat memberikan efek yang secara kualitatif berlainan dari efek normalnya. Umumnya hal ini disebabkan oleh kelainan genetis pada pasien bersangkutan.
·           Alergi : reaksi antara obat dengan tubuh yang membentuk antibodi sehingga seseorang menjadi hipersensitifitas terhadap obat tersebut.
·           Fotosensitasi : adalah kepekaan berlebihan terhadap cahaya akibat penggunaan obat, terutama secara lokal.
3. Efek Toksis (racun)
Setiap obat dalam dosis tinggi dapat mengakibatkan efek toksis. Pada umumnya reaksi toksis berhubungan langsung dengan tingginya dosis: bila dosis diturunkan, efek toksis dapat dikurangi.
C.        Faktor yang memepengaruhi reaksi obat
Beberapa faktor yang memengaruhi reaksi obat di antaranya absorpsi obat, distribusi obat dalam tubuh, metabolisme (biotransformasi) obat dan ekskresi.
1. Absorpsi Obat
Absorpsi obat merupakan proses pergerakan obat dari sumber kedalam tubuh melalui aliran darah, kecua;li jenis topikal. Hal ini di pengaruhi oleh cara dan jalur pemberian obat, jenis obat, keadaan tempat, makanan dan keadaan pasien.
2. Distribusi Obat Kedalam Tubuh
Setelah obat di absorpsi, kemudian obat didistribusikan kealam darah melalui vaskular dan sistem limfatis menuju sel dan masuk kedalam jaringan tertentu. Proses ini dapat dipengaruhi oleh keseimbangan cairan, elektroit, dan keadaan patologis.
3. Metabolisme Obat
Setelah melalui sirkulasi, obat akan mengalami proses metabolisme. Obat akan ikut sirkulasi kedalam jaringan kemudian, berinteraksi dengan sel dan melakukan sebuah perubahan zat kimia hingga menjadi lebih aktif.
4. Ekskresi Sisa
Setelah obat mengalami metabolisme atau pemecahan akan terdapat sisa zat yang tidak dapat dipakai. Sisa zat ini tidak bereaksi kemudian keluar melalui ginjal dalam bentuk urine, dari interstinal dalam bentuk feses dan dari paru-paru dalam bentuk udara.
Reaksi obat di dalam tubuh tidak semuanya sama. Ada kalanya obat memiliki reaksiyang cepat dan ada kalanya memiliki reaksi yang lambat. Semuanya tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, di antaranya usia dan berat badan, jenis kelamin, faktorgenetis, faktor psikologis, kondisi patologis, waktu, cara pemberian, dan lingkungan.
Obat memiliki dua efek yakniefek terapeutik dan efek samping. Efek terapeutik obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperyti paliatif (berefek untuk mengurangi gejala), kuratif (memiliki efek pengobatan), suportif (berefek untuk menaikan fungsi respons tubuh), subtitutif (berefek sebagai pengganti), efek kemoterapi (berefek untuk mematikan atau menghambat), dan restoratif (berefek pada memulihkan tubuh yang sehat). Efek samping merupakan dampak yang tidak diharapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti adnya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit iatrogenik, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.

D.        Maslah dalam pemberiam obat dan intervensi dalam keperawatan
a.         Menolak pemberian obat
Jika pasien menolak pemberian obat, intervensi keperawatan pertama yang dapat dilakukan adalah dengan menanyakan alasan pasien melakukan hal tersebut. Kemudian, jelaskan kembali kepada pasien alasan pemberian obat. Jika pasien terus menolah, maka sebaiknya tunda pengobatan, laporkan ke dokter, dan catat dalam laporan.
b.        Integritas kulit terganggu
Untuk mengatasi masalah gangguan integritas kulit, lakukan penundaan dalam pengobatan, kemudian laporkan ke dokter dan catat kedalam laporan.
c.         Disorientasi dan bingung
Masalah disorientasi dan bingung dapat diatasi oleh perawat dengan cara melakukan penundaan pengobatan. Jika pasien ragu, laporkan kedokter dan catat dalam laporan.



d.        Menelan Obat
Sebagai perawat yang memiliki peran dependen, jika pasien menelan obat, maka sebaiknya laporkan kejadian tersebut kepada dokter, untuk selanjutnya dokter yang akan melakukan intervensi.
e.         Alergi Kulit
Apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada pasien, keluarkan  sebanyak mungkin pengobatan yang telah diberikan, beritahu dokter dan catat dalam pelaporan.

E.      Pehitungan Obat
Perawat dapat menggunakan rumus sederhana dalam banyak tipe kalkulasi dosis. Dosis yang diprogramkan adalah jumlah obat murni yang diresepkan dokter untuk seorang klien. Dosis yang tersedia adalah berat atau volume obat yang tersedia dalam satuan yang di suplay oleh farmasi. Jumlah yang tersedia adalah satuan dasar atau jumlah obat yang mengandung dosis yang tersedia. Jumlah yang akan diberikan selalu ditulis dalam satuan yang sama dengan satuan jumlah yang tersedia,
Contoh : dokter mengintruksikan kilen diberi versed 2,5 mg IM, berari dosis yang di programkan adalah 2,5 mg. Obat tersedia dalam ampul yang mengandung 5 mg / 1 ml, berarti dosis yang tersedia adalah 5 mg dalam sediaan 1 ml. 
Obat cair sering kali tersedia dalam volume lebih dari 1 ml. Pada situasi ini, rumus tetap dapat digunakan. Contoh, instruksi obat adalah “suspensi eritromisin 250 mg PO”. Farmasi memberikan botol berukuran 100 ml dan pada label tertera, “ 5 ml mengandung 125 mg eritromisin”. Pecahan 250/125 setara dengan 2. Dengan demikian : 2 x 5 ml = 10 ml untuk diberikan.
Berdasarkan kalkulasi ini klien akan menerima dosis 20x lebih besar dari yang diinginkan. Perawat harus selalu memeriksa kembali kalkulasi tersebut atau mengeceknya bersama profesional lain, jika jawaban tampak tidak masuk akal

Dosis Pediatrik
Menghitung dosis obat seorang anak memerlukan perhatian khusus. Pada kebanyakan kasus dokter menghitung dosis yang aman untuk anak sebelum memerogramkan obat. Namun perawat harus mengetahui rumus yang digunakan untuk menghitung dosis pediatrik dan memeriksa kembali semua dosis sebelum obat diberikan.
Kebanyakan referensi obat memuat daftar rentang normal obat pediatrik. Metode penghitungan obat pediatrik yang paling akurat didasarkan pada area permukaan tubuh. Area permukaan tubuh diperkirakan berdasarkan berat tubuh. Nomogram standar atau grafik menggambarkan area permukaan tubuh berdasarkan berat badan dan usia rata-rata. Rumus tersebut merupakan rasio area ppermukaan tubuh anak dibdandingkan dengan area permukaan tubuh rata-rata orang dewasa ( 1,7 m persegi atau 1,7 m² ).
Contoh, seorang dokter memprogramkan ampicilin untuk seorang anak dengan berat 12kg, tetapi dosis tunggal normal dewasa adalah 250mg. Grafik numogram menunjukan bahwa seorang anak dengan bera 12 kg memiliki permukaan tubuh seluas 0,54 m².

F.         konsep dan teknik cara pemberian obat melalui oral, sublingual dan bukal
1.      Pemberian Obat Melalui Oral
Pemberian obat melalui mulut dilakukan dengan tujuan mencegah, mengobati, dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
a. Persiapan Alat dan Bahan :
a)      Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
b)      Obat dan tempatnya.
c)      Air minum dalam tempatnya.
b. Prosedur Kerja :
a)      Cuci tangan.
b)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
c)      Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat tempat.
d)      Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
ü  Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
ü  Kaji kesulitan menelan. Bila ada, jadian tablet dalam bentuk bubuk dan campur dengan minuman.
ü  Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan pengkajian.
ü  Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
ü  Cuci tangan.

2.      Pemberian Obat Melalui Sublingual
Pemberian obat melalui sublingual merupakan rute pemberian obat yang absorpsinya baik melalui jaringan, kapiler di bawah lidah. Obat-obat ini mudah diberikan sendiri. Karena tidak melalui lambung, sifat kelabilan dalam asam dan permeabilitas usus tidak perlu dipikirkan.

Persiapan
a. Persiapan Alat dan Bahan :
1)      Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2)      Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya.
b. Prosedur Kerja :
1)      Cuci tangan.
2)      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3)      Memberikan obat kepada pasien.
4)      Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah, hingga terlarut seluruhnya.
5)      Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya.
6)      Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
7)      Cuci tangan.

3.      Pemberian Obat Melalui Bukal
Pemberian obat secara bukal adalah memberika obat dengan cara meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa diantara pipi. Tujuannya yaitu mencegah efek lokal dan sistemik, untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral, dan untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar.
a. Persiapan Alat dan Bahan :
1)      Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2)      Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya.
b. Prosedur Kerja :
1)      Cuci tangan.
2)      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3)      Memberikan obat kepada pasien.
4)      Memberitahu pasien agar meletakkan obat diantara gusi dan selaput mukosa pipi sampai habis diabsorbsi seluruhnya.
5)      Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya.
6)      Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
7)      Cuci tangan.

4.      Keuntungan Pemberian Obat Rute Oral, Bukal, Sublingual
·           Rute ini cocok dan nyaman bagi klien
·           Ekonomis
·           Dapat menimbulkan efek local atau sistemik
·           Jarang membuat klien cemas
5.      Kerugian atau kontraindikasi
·           Rute ini dihindari bila klien mengalami perubahan fungsi saluran cerna, motilitas menurun dan reaksi bedah bagian saluran cerna
·           Beberapa obat dihancurkan oleh sekresi lambung
·           Rute oral dikontraindikasikan pada klien yang tidak mampu menelan (mis, klien yang mengalami gangguan neuromuscular, striktur (penyempitan) esophagus, lesi pada mulut.
·           Obat oral tidak dapat diberikan kepada klien yang terpasang pengisap lambung dan dikontraindikasikan pada klien yang akan menjalani pembedahan atau tes tertentu\
·           Klien tidak sadar atau bingung, sehingga tidak mampu menelan atau mempertahankan dibawah lidah
·           Obat oral dapat mengiritasi lapisan saluran cerna, mengubah warna gigi atau mengecup rasa yang tidak enak.
G.        menyiapakan obat dari ampul dan vial
1.         Menyiapkan obat dari Ampul
a)        Persiapan alat:
·           Catatan pemberian obat atau kartu obat
·           Ampul obat sesuai resep
·           Spuit dan jarum yang sesuai
·           Kapas alcohol
·           Kasa steril
·           Baki obat
·           Gergaji ampul (jika perlu)
·           Label obat
·           Bak spuit
·           Bengkok

b.        Prosedur pelaksanaan
·           Cuci tangan
·           Siapkan peralatan
·           Priksa label ampul dengan catatan obat atau kartu obat sesuai prinsif “lima benar”
·           Lakukan penghitungan dosis sesuai kebutuhan.
·           Pegang ampul dan turunkan cairan di atas leher ampul dengan cara menjentikan jari tangan pada leher ampul beberapa kali atau dengan cara memutar ampul dengan tangan searah jarum jam.
·           Letakan kasa steril di antara ibu jari tangan anda dengan ampul kemudian patahkan keleher ampul kearah menjauhi anda dan orang disekitar.
·           Buang leher ampul pada tempat khusus
·           Tempatkan ampul pada permukaan yang datar
·           Buka penutup jarum sepuit kemudian masukan jarum kedalam ampul tepat pada bagian tengah ampul.
·           Aspirasi sejumlah cairan dari ampul sesuai dosis yang dibutuhkan.
·           Keluarkan jarum dari ampul, tutup kembali jarum sepuit dengan teknik yang benar.
·           Jika terdapat gelembung  udara pada spuit:
            Pegang sepuit secara vertical dengan jarum menghadap ke atas.
            Tarik pelunger kebawah dan jentikan spuit dengan jari.
            Dorong pelunger perlahan keatas untuk mengeluarkan udara, tetapi jaga agar tidak mengeluarkan larutan.

2.         Menyiapkan obat dari Vial
a)        Persiapan alat:
§   Catatan pemberian obat atau kartu obat
§   Vial obat sesuai resep
§   Spuit dan jarum yang sesuai
§   Kapas alcohol
§   Kasa steril
§   Baki obat
§   Label obat
§   Bak spuit
§   Bengkok

b)        Prosedur pelaksanaan
·           Cuci tangan
·           Siapkan peralatan
·           Priksa label vial dengan catatan obat atau kartu obat sesuai prinsif “lima benar”
·           Lakukan penghitungan dosis sesuai kebutuhan. Periksa kembali jumlah larutan.
·           Hitung dosis yang diperlukan. Jika perlu, rotasikan cairan yang ada dalam vial dengan menggunakan tangan agar tercampur sempurna. Tidak boleh mengocok laritan dalam vial karena dapat menyebabkan larutan menjadi berbuih.
·           Buka segel pada bagian tutup obat tanpa menyentuh bagian karetnya.
·           Usap bagian karet tersebut dengan kapas alcohol.
·           Buka tutup jarum.
·           Masukan udara kedalam sepuit sesuai dengan jumlah obat yang dibutuhkan.
·           Dengan hati-hati, masukan jarum secara tegak lurus tepat ditengah-tengah karet darai vial.
·           Injeksi udara ke dalam vial, jaga agar ujung jarum spuit berada di atas permukaan cairan obat.
·           Aspirasi sejumlah cairan dari ampul sesuai dosis yang dibutuhkan.
·           Keluarkan jarum dari vial, tutup kembali jarum sepuit dengan teknik yang benar.
·           Jika terdapat gelembung  udara pada spuit:
            Pegang sepuit secara vertical dengan jarum menghadap ke atas.
            Tarik pelunger kebawah dan jentikan spuit dengan jari.
            Dorong pelunger perlahan keatas untuk mengeluarkan udara, tetapi jaga agar tidak mengeluarkan larutan.
H.        konsep dan teknik cara pemberian obat melalui intravena (selang IV) intracutan (IC), subcutan (SC) dan intramuscular (IM)
a.      Secara intravena (IV)
1.      Pengertian
Pemberian obat intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam pembuluh darah vena menggunakan spuit.
2.      Tujuan dan manfaat
1. Pemberian obat dengan cara intravena bertujuan untuk :
- Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga sering digunakan pada pasien yang sedaang gawat darurat .
- Menghindari kerusakan jaringan .
- Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar
Tempat injeksi intravena :
-pada lengan (vena basilika dan vena sefalika).
-pada tungkai (vena safena)
-pada leher (vena jugularis)
-pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)

3.      Persiapan peralatan untuk pemberian obat intravena
ü  Buku catatan pemberian obat
ü  Kapas alkohol
ü  Sarung tangan sekali pakai
ü  Obat yang sesuai
ü  Spuit 2-5ml dengan ukuran 21-25, panjang jarum 1,2 inci
ü  Bak spuit
ü  Baki obat
ü  Plester
ü  Kasa steril
ü  Bengkok
ü  Perlak pengalas
ü  Pembendung vena (torniket)
ü  Kasa steril
ü  Betadin

4.      Prosedur Kerja:
Ø  Cuci tangan.
Ø  Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 
Ø  Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara membebaskan daerah yang akan dilakukan
Ø  Penyuntikan dari pakaian dan apabila tertutup buka atau ke ataskan. 
Ø  Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan dosis yang akan diberikan.
Ø  Apabilaobat berada dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan pelarut (aquades steril). 
Ø  Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan penyuntikan.
Kemudian tempatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi. 
Ø  Desinfeksi dengan kapas alkohol. 
Ø  Lakukan pengikatan dengan karet pembendung (torniquet) pada bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan/minta bantuan atau membendung di atas vena yang akan dilakukan penyuntikan. 
Ø  Ambil spuit yang berisi obat. 
Ø  Lakukan penusukkan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke pembuluh darah dengan sudut penyuntikan 150 - 300 
Ø  Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung semprotkan obat hingga habis. 
Ø  Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah penusukkan dengan kapas alkohol, dan spuit yang telah digunakan letakkan ke dalam bengkok. 
Ø  Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal waktu dan jenis obat serta reaksinya setelah penyuntikan (jika ada).
b.      Secara intracutan (IC)
Intrakutan Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit. Intra kutan biasanya di gunakan untuk mengetahui sensivitas tubuh terhadap obat yang disuntikkan. Hal tersebut bertujuan untuk melakukan skintest atau tes terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intra kutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral. Hal tersebut bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi.
Letak pemberian intrakutan yaitu:
1.         Dilengan atas, yaitu tiga jari di bawah sendi bahu tepat di tengah daerah muskulus deltoideus.
2.         Dilengan bawah, yaitu bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari peredaran darah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberikan obat melalui jaringan intrakutan yaitu:
·  Tempat injeksi
·  Jenis spuit dan jarum yang digunakan
·  Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
·  Kondisi atau penyakit klien
·  Pasien yang benar
·  Obat yang benar
·  Dosis yang benar
·  Cara atau rute pemberian obat yang benar
·  Waktu yang benar

1.         Alat dan Bahan Dalam Pemberian Obat melalui Jaringan Intrakutan
a)      Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
b)      Obat dalam tempatnya
c)      Spuit 1 cc/spuit insulin
d)      Cairan pelarut
e)      Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit)
f)       Bengkok
g)      Perlak dan alasnya.

2.         Prinsip Dalam Pemberian Obat Melalui Jaringan Intrakutan
a)        Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar pemberian keterangan tentang obat pasien, benar tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat alergi obat pada pasien, benar  tentang reaksi pemberian beberapa obat yang berlainan bila diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian obat.
b)         Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali 24 jam dari saat penyuntikan obat.
c)         Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.
d)        Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada penolakan pada suatu jenis obat,  maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan dapat mengkolaborasikannya  dengan dokter yang menangani pasien, bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah pemberian inform consent, maka pasien maupun keluarga yang bertanggungjawab menandatangani surat penolakan untuk  pembuktian penolakan therapi.
e)        Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik, dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu mengambil 0,1 cc dalam spuit dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc.

f)          Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1 cc dalam  spuit, untuk langsung disuntikan pada pasien

3.         Prosedur Kerja Dalam Pemberian Obat Melalui Jaringan Intrakutan
a)      Cuci tangan
b)      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
c)      Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan panjang terbuka dan keatasan
d)      Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
e)      Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan aquades. Kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc dan siapkan pada bak injeksi atau steril.
f)       Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan.
g)      Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik.
h)      Lakukan penusukan dengan lubang jarum suntik menghadap ke atas dengan sudut 15-20 derajat di permukaan kulit.
i)        Suntikkkan sampai terjadi gelembung.
j)        Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
k)      Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu, tanggal dan jenis obat.

c.       Secara Intra Muskular (IM)
1.      Pengertian Pemberian Obat Secara Intramuskular.
Pemberian obat secara intra muskuler adalah Pemberian obat / cairan dengan cara dimasukkan  langsung ke dalam otot (muskulus). Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar,agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk syaraf, misalnya pada bagian bokong, dan kaki bagian atas, atau pada lengan bagian atas. Pemberian obat seperti ini memungkinkan obat akan dilepaskan secara berkala dalam bentuk depot obat.
Jaringan intramuskular: terbentuk dari otot bergaris yang mempunyai banyak vaskularisasi (setiap 20 mm3 terdiri dari 200 otot dan 700 kapiler darah). Aliran darah tergantung dari posisi otot di tempat penyuntikkan.

2.      Indikasi Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular.
 Indikasi pemberian obat secara intramuscular biasa dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral,bebas dari infeksi,lesi kulit,jaringan parut,tonjolan tulang,otot atau saraf besar dibawahnya.Pemberian obat secara intamuskular harus dilakukan atas perintah dokter.
3.      Kontra Indikasi Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular.
Kontra Indikasi pemberia nobat secara intramuscular : Infeksi,Lesi kulit,Jaringan parut,Tonjolan tulang,Otot atau saraf besar dibawahnya.

4.         Daerah Penyuntikan Dalam Pemberian Obat Intramuskular.
1)      Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring telentang dengan lutut sedikit fieksi.
2)      Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fieksi.
3)      Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut di putar ke arah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fieksi dan diletakkan di depan tiungkai bawah.
4)      Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau bcrbaring mendatar lengan atas fieksi.
5.         Persiapan Alat dan Bahan Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular.
1)      Daftar buku obat/catatan dan jadwal pemberian obat.
2)      Obat yang dibutuhkan (obat dalam tempatnya).
3)      Spuit dan jarum suntik sesuai dengan ukuran.Untuk orang dewasa panjangnya 2,5-3 cm,untuk anak-anak panjangnya 1,25-2,5 cm.
4)      Kapas alcohol dalam tempatnya.
5)      Cairan pelarut/aquadest steril.
6)      Bak instrument/bak injeksi.
7)      Gergaji ampul.
8)      Bengkok.
9)      Handscoon 1 pasang.
6.         Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular.
1)      Tempat injeksi.
2)      Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
3)      Injeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
4)      Kondisi atau penyakit klien.
5)      Obat yang tepat dan benar.
6)      Dosis yang diberikan harus tepat.
7)      Pasien yang tepat.
8)      Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar
7.         Prosedur Kerja Pemberian Obat Secara Intramuscular Secara Umum.
1)      Mencuci tangan.
2)      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3)      Ambil obat dan masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosisnya.Setelah itu letakkan dalam bak injeksi.
4)      Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (perhatikan lokasi penyuntikan).
5)      Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan injeksi.
6)      Lakukan penyuntikan :
         Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara,anjurkan pasien untuk berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi.
         Pada ventrogluteal engan cara,anjurkan pasien untuk miring,tengkurap atau terlentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi.
         Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut di putar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diltakkan didepan tungkai bawah.
         Pada daerah deltoid (lengan atas)  dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi.
7)      Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
8)      Setelah jarum masuk,lakukan aspirasi spuit,bila tidak ada darah yang tertarik dalam spuit,maka tekanlah spuit hingga obat masuk secara perlahan-lahan hingga habis.
9)      Setelah selesai,tarik spuit dan tekan sambil di masase penyuntikan dengan kapas alcohol,kemudian spuit yang telah digunakan letakkan dalam bengkok.
10)  Catat reaksi pemberian,jumlah dosis,dan waktu pemberian.
11)  Cuci tangan.

d.        Secara subcutan (SC)
1.Pengertian
Pemberian obat dengan cara subcutan adalah memasukkan obat kedalam bagianbawah kulit.
Tempat yang dianjurkan untuk suntikan ini adalah lengan bagian atas,kaki bagian atas,dan daerah disekitar pusar.
2.Tujuan
Pemberian obat subcutan bertujuan untuk memasukkan sejumlah toksin atau obat pada jaringan subcuta di bawah kulit untuk di absorbsi .
      
Persiapan peralatan pemberian obat subcutan
-          Buku catatan pemberian obat
-          Kapas alkohol
-          Sarung tangan sekali pakai
-          Obat yang sesuai
-          Spuit 2 ml dengan ukuran 25, panjang jarum 5/8 sampai ½ inci
-          Bak spuit
-          Baki obat
-          Plester
-          Kasa steril
-          Bengkok
3. Prosedur 
-  Cuci tangan
-  Siapkan obat sesuai dengan prinsip 5 benar
-  Identifikasi klien
-  Beri tahu klien prosedur kerjanya
-  Atur klien pada posisi yang nyaman
-  Pilih area penusukan
-  Pakai sarung tangan
-  Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol
-  Pegang kapas alkohol dengan jari tengah pada tangan non dominan
-  Buka tutup jarum
-  Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan non dominan dengan ujung
arum menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan,masukkan jarum dengan sudut 450 atau 900 .
-  Lepaskan tarikan tangan non dominan
-  Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit.
-  Jika tidak ada darah,masukan obat perlahan-lahan.jika ada darah tarik kembali jarum dari kulit tekan tempat penusukan selama 2menit,dan observasi adanya memar, jika perlu berikan plester,siapkan obat yangbaru.
-  Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum di masukan,sambil melakukan
enekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan.
-  Jika ada perdarahan,tekan area itu dengan menggunakan kasa steril sampai perdarahan berhenti.
-  Kembalikan posisi klien
-  Buang alat yang sudah tidak dipakai
-  Buka sarung tangan 
Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal waktu dan jenis obat, serta reaksinya setelah penyuntikan (jika ada)



e.         Secara intramuscular (IM)
Penyuluhan pasien ,Memungkinkan pasien untuk meminum obat dengan aman dan efektif.
1.      Tahap PraInteraksi
a)      Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
b)      Mencuci tangan.
c)      Menyiapkan obat dengan benar
d)      Menempatkan alat di dekat klien dengan benar
2.      Tahap Orientasi
a)      Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
b)      Menjelaskan tujuan  dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
c)      Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
3.      Tahap Kerja
a)      Mengatur posisi klien, sesuai tempat penyuntikan
b)      Memasang perlak dan alasnya
c)      Membebaskan daerah yang akan di injeksi
d)      Memakai sarung tangan
e)      Menentukan tempat penyuntikan dengan benar ( palpasi area injeksi terhadap adanya edema, massa, nyeri tekan. Hindari area jaringan parut, memar, abrasi atau infeksi)
f)       Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari arah dalam ke luar diameter ±5cm)
g)      Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk mereganggkan kulit
h)      Memasukkan  spuit dengan sudut 90 derajat, jarum masuk 2/3
i)        Melakukan aspirasi dan pastikan darah tidak masuk spuit
j)        Memasukkan obat secara perlahan (kecepatan 0,1 cc/detik)
k)      Mencabut jarum dari tempat penusukan
l)        Menekan daerah tusukan dengan kapas  desinfektan
m)   Membuang spuit ke dalam bengkok.
4.         Tahap Terminasi
a)      Melakukan evaluasi tindakan
b)      Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
c)      Berpamitan dengan klien
d)      Membereskan alat-alat
e)      Mencuci tangan
f)       Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
I.           Konsep dan teknik cara pemberian obat secara topical(kulit, mata, telinga dan hidung)
1.      Pemberian Obat Pada Kulit
Memberikan obat pada kulit merupakan pemberian obat dengan mengoleskannya dikulit yang bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit atau mengatasi infeksi. Jenis obat kulit yang diberikan dapat bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol dan spray.
a.      Persiapan alat dan bahan:
a)      Obat dalam tempatnya (seperti krim, losion, aerosol dan sray).
b)      Pinset anatomis.
c)      Kain kasa.
d)      Kertas tisu.
e)      Balutan.
f)       Pengalas.
g)      Air sabun, air hangat.
h)      Sarung tangan.
b.      Prosedur kerja:
a)      Cuci tangan.
b)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
c)      Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan.
d)      Gunakan sarung tangan.
e)      Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
f)       Berikan obar sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan dan mengompres.
g)      Kalau perlu, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah yang diobati.
h)      Cuci tangan.

2.      Pemberian Obat Pada Mata
Pemberian obat pada mata dengan obat tetes mata atau saleb mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan mendilatasi pupil, pengukuran refraksi lensa dengan melemahkan otot lensa, serta penghilangan iritasi mata.
a.      Persiapan alat dan bahan:
a)      Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa saleb.
b)      Pipet.
c)      Pinset anatomi dalam tempatnya.
d)      Korentang dalam tempatnya.
e)      Plester.
f)       Kain kasa.
g)      Kertas tisu.
h)      Balutan.
i)        Sarung tangan.
j)        Air hangat/ kapas pelembab.
b.      Prosedur kerja:
a)      Cuci tangan.
b)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
c)      Atur posisi pasien dengan kepala menegadah dengan posisi perawat disamping kanan.
d)      Gunakan saryng tangan.
e)      Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata kearah hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air hangat.
f)       Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di atas tulang orbita.
g)      Teteskn obat mata diatas sakus kunjungtiva. Stelah tetesan selesai sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan berlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes mata.
h)      Apabila obat mata jenis saleb, pengang aplikasi saleb diatas pinggir kelopak mata kemudian pencet tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat kebawah, secara bergantian dan berikan obat pada kelopak mata bagian atas. Biarkan pasien untuk memejamkan mata dan merenggangkan kelopak mata.
i)        Tutup mata dengan kasa bila perlu.
j)        Cuci tangan.
k)      Catat obat, jumblah, waktu dan tempat pemberian.

3.       Pemberian Obat pada Telinga
Memberika obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes telinga atau salep. Pada umumnya, obat tetes telinga dapat berupa obat antibiotic diberikan pada gangguan infeksi telinga, khususnya otitis media pada telinga tengah.
a.      Persiapan alat dan bahan:
a)      Obat dalam tempatnya.
b)      Penetes.
c)      Speculum telinga.
d)      Pinset anatomi dalam tempatnya.
e)      Korentang dalam tempatnya.
f)       Plester.
g)      Kain kasa.
h)      Kertas tisu.
i)        Balutan.
b.      Prosedur kerja:
a)      Cuci tangan.
b)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan digunakan.
c)      Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai dengan daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien ke atas.
d)      Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas/kebelakang pada orang dewasa dan kebawah pada anak-anak.
e)      Apabila obat berupa obat tetes, maka teteskan obat dengan jumlah tetesan sesuai dosis pada dinding saluran untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara.
f)       Apabila berupa salep, maka ambil kapas lidi dan masukan atau oleskan salep pada liang telinga.
g)      Pertahankan posisi kepala ±2-3 menit.
h)      Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu.
i)        Cuci tangan.
j)        Catat jumlah, tanggal, dan dosis pemberian.

4.      Pemberian Obat Pada Hidung
Memberikan obat tetes pada hidung dapat dilakukan pada hidung seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
a.      Persiapan alat dan bahan:
a)      Obat dalam tempatnya.
b)      Pipet.
c)      Speculum hidung.
d)      Pinset anatomi dalam tempatnya.
e)      Korentang dalam tempatnya.
f)       Plester.
g)      Kain kasa.
h)      Kertas tisu.
i)        Balutan
b.      Prosedur kerja:
a)      Cuci tangan.
b)      Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dijalankan.
c)      Atur posisi pasien dengan cara:
d)      Duduk di kursi dengan kepala menengadah ke belakang.
e)      Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
f)       Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah ke belakang.
g)      Berikan tetesan obat sesuan dengan dosis pada tiap lubang hidung.
h)      Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 menit.
i)        Cuci tangan.
j)        Catat cara, tanggal, dan dosis pemberian obat.
J.        konsep dan teknik cara pemberian obat melalui anus /rektum dan vagina.
1.      Pemberian obat melalui rectum/anus
Memberikan obat melalui rectum merupakan pemberian obat dengan memasukan obat melalui anus dan kemudian raktum, dengan tujuan memberikan efek local dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat Supositotia yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah fases, dan merangsang buang air besar.
Pemberian obat yang memiliki efek lokal, seperti Dulcolac Supositoria, berfungsi untuk meningkatkan defekasi secara lokal. Pemberian obat dengan efek sistemik, seperti obat Aminofilin Supositoria, berfungsi mendilatasi Bronkhus. Pemberian obat Supositoria ini diberikan tepat pada dinding Rektal yang melewati sphincter ani interna. Konta indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rectal.
a.      Persiapan alat dan bahan:
1) Obat Supositoria dalam tempatnya.
2) Sarung tangan.
3) Kain kasa.
4) Vaseline/pelican/pelumas.
5) Kertas tisu.
b.      Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Gunakan satung tangan.
4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5) Oleskan pelicin pada ujung oabat Supositoria.
6) Regangkan glutea dengan tangan kiri. Kemudian masukan Supositiria secara berlahan melalui anus, Sphincher ana interna, serta mengenai dinding rectal ± 10 cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
7) Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu.
8) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama ± 45 menit.
9) Setelah selesai, lepaskan sarung tangan kedalam bengkok
10) Cuci tangan.
11) Catat obat, jumblah dosis, dan cara pemberian.



2. Pemberian Obat Melalui Vagina
Pemberian obat melalui vagina merupakan tindakan memasukkan obat melalui vagina, yang bertujuan untun mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan supositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal.
a.      Persiapan alat dan bahan:
1) Obat dalam tempatnya.
2) Sarung tangan
3) Kain kasa
4) Kertas tisu
5) Kapas sublimat dalam tempatnya.
6) Pengalas
7) Korentang dalam tempatnya
b.      Prosedur Kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Gunakan sarung tangan
4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa
5) Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat
6) Anjurkan pasien tidur dengan posisi dorsal recumbert
7) Apabila jenis obat Supositoria, maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat
8) Renggangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
9) Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orivisium dan labia dengan tisu
10) Anjurkan untuk tetap dalam posisi selama ±10 menit agar obat bereaksi.
11) Cuci tangan
12) Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.

K.      Konsep Dan Teknik Pemberian Obat Melalui Wadah Cairan Intravena
Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat kedalam wadah cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapetik dalam darah.
a.      Alat dan bahan :
1) Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
2) Obat dalam tempatnya
3) Wadah cairan ( kantong / botol )
4) Kapas alcohol dalam tempatnya
b. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke ataskan
4) Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong
5) Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran.
6) Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong / wadah cairan.
7) Setelah selesai tarik spuit dan campur dengan membalikkan kantong cairan dengan perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung lain.
8) Periksa kecepatan infus.
9) Cuci tangan
10) Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pmberian obat
BAB III
Penutup
2.      1. Kesimpulan
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa pemberian obat pada klien merupakan fungsi dasar keperawatan yang membutuhkan keterampilan teknik dan pertimbangan terhadap perkembangan klien. Perawat yang memberikan obat-obatan pada klien diharapkan mempunyai pengetahuan dasar mengenai obat dan prinsip-prinsip dalam pemberian obat. Selain itu juga, perawat juga harus mengetahui enam hal yang benar dalam pemberian obat kepada pasien. Karena hal itu berperan penting dalam kesuksesan perawat dalam pemberian obat.
Mengetahui reaksi dan kerja obat dalam tubuh juga penting, selain sebagai pelaksana perawat juga mampu mempertimbangkan resep dan dosis yang diberikan oleh dokter kepada pasien. Perawat sebagai pelaksana dalam pemberian obat juga ditungtut memiliki keterampilan-keterampilan khusus dibidang hal tersebut.
2.      2. Saran
Setelah mengikuti matakuliah ini diharapkan para mahasiswa mampu mengetahui atau memprediksi kemampuan dasar yang harus dia miliki ketika praktek dilapangan. Dengan demikian setiap mahasiswa mampu berusaha untuk memahami dan mampu menguasai materi tersebut baik teori maupun prakteknya.











Daftar pustaka:
1)      http://diarikesehatan.blogspot.com/2012/12/efek-obat.html
2)      http://mochfaizalhamzah.blogspot.com/2013/11/kdk1-prosedur-pemberian-obat-dalam.html
3)      http://pandyeffendy.blogspot.com/2013/09/pemberian-obat.html
4)      http://hafikoandresni005.blogspot.com/2013/05/makalah-obat-obatan.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar