Jumat, 12 September 2014

Kasus kepribadian


BAB I
PENDAHULUAN

I.     1. Latar belakang
Kita ketahui bahwasanya dalam konteks jiwa manusia memiliki mental dan ambang tertentu. Dalam konteks kejiwaan seseorang memiliki karakteristik tertentu dan keseimbangan tertentu yang unik. Dalam mental seseorang akan membentuk sebuah adaptasi dalam proses mempertahankan keseimbangannya sehingga diperoleh sebuah dayatahan untuk mempertahankan dirinya dalam menghadapi berbagai masalah yang akan dihadapi nantinya dari waktu-kewaktu.
Meskipun dalam konteks keperawatan merupakan hal yang sangat mengedepankan pelayanan, akan tetapi dalam prakteknya masih banyak hal yang tidak diinginkan yang kerap sekali terjadi dalam konteks pelayanan kesehatan. Pada dasarnya setiap parawat pun adalah seorang individu dengan masing-masing background yang berbeda. Dalam konteks inilah terjadi banyak sekali hal yang memungkinkan berbagai macam sikap yang dikarenakan ego yang berbeda-beda dari tiap perawat yang sebenarnya tidak boleh terjadi.
Standard perawatan terbaik adalah sebuah pelayanan yang memenuhi sebuah kriteria dan mampu menjalankan peraturan di dalamnya. Selain itu dalam konteksnya, terdapat pula harapan pasien akan pelayanan keperawatan yang di inginkan pula. Sehingga ada pemenuhan yang sesuai dengan yang diharapkan pada mestinya.


I.     2. Rumusan masalah:
1.      Apa itu kekerasan dan kekerasan menurut berbagai pandangan.
2.      Pengertian stress adaptasi dan pase-pase stres.
3.      Ego yang dapat timbul pada perawat dalam menghadapi klien dan perilaku perawat sebagaimana mestinya.











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kasus Kepribadian
Pengertian kasus menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan atau kondisi khusus yg berhubungan dengan seseorang atau suatu hal. Dalam hal kasus kepribadian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kasus disini adalah sebuah keadaan khusus yang berhubungan dengan individu seseorang berkenaan dengan kepribadiannya. Pengertian kasus tersebut kerap kali mengarah pada sebuah persepsi negatif, sehingga kasus kepribadian disini sering dinilai sebagai sebuah kondisi khusus yang dipandang sebagai sebuah penyimpangan perilaku manusia yang tidak sebagaimnana wajarnya.

Teori-teori psikologi kepribadian dari Abraham Maslow
Pada teori kepribadian ini Maslow menitik beratkan kepada hirarki kebutuhan Maslow yang harus dimiliki oleh setiap individu, yaitu:
1.      Kebutuhan-kebutuhan fisiologis atau Biologis
Dimana kebutuhan ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan paling jelas diantara kebutuhan-kebutuhanyang lainnya, yaitu kebutuhan mempertahankan hidupnya secara fisik diantaranya adalah: kebutuhan akan makanan, minuman, tempat untuk bernaung, sek, oksigen.
Maslow mengatakan seseorang yang belum terpenuhi kebutuhan dasarnya, maka ia akan terlebih dahulu memenuhi kebutuhan dasarnya sebelum beranjak kepada kebutuhan yang lain.
2.      Kebutuhan akan Rasa Aman
Setelah kebutuhan fisiologis/biologis terpenuhi, maka muncul kebutuhan baru yaitu kebutuhan akan rasa aman. karena kebutuhan rasa aman sangat dibutuhkan pada masa kanak-kanak sampai pada masa lansia.
3.      Kebutuhan akan rasa cinta kasih
Cinta, sebagaimana kata itu digunakan oleh Maslow, tidakboleh dikacaukan dengan seks, yang dapat dipadankan dengan sebagian kebutuhan fisiologis semata. Maslow juga mengemukakan bahwa tanpa cinta pertumbuhan dan perkembangan manusia akan terhambat. Menurut Maslow, cinta menyangkut hubungan yang sehat dan penuh kasih sayang antara dua orang.
4.      Kebutuhan akan penghargaan
Setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan yakni “harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi: kebituhan akan percaya diri, kompetensi, pengusaan, kecukupan prrestasi, ketidak ketergantungan dan kebebesan. Sedangkan kebutuhan akan dihargai oleh orang lain adalah: prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan.
5.      Kebutuhan akan aktualisasi diri
“Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya”, itulah yang dikatakan Maslow. Oleh karna itu, setiap orang dapat mengembangkan dirinya dengan sepenuh kemampuan yang dimilikinya untuk dapat menjadi manusia seutuhnya.
Dari teori Maslow itu sendiri bahwa pada dasarnya kepribadian seseorang yang normal itu adalah individu yang selalu memiliki kelima aspek tersebut yang saling terkoneksi antara satu dengan yang lainnya. Dengan demikian sebuah kasus atau perihal yang tidak normal dalam kasus seorang individu adalah seseorang yang tidak bisa memiliki atau mengembangkan salah satu atau sebagian dari kelima aspek tersebut.

B.     Kekerasan
1.      Pengertian kekerasan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kekerasan adalah perbuatan seseorang atau kelompok orang yg menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Pada dasarnya kekerasan adalah sebuah tindakan fisik yang menyebabkan kerugian fisik pada individu lainnya. Kerasan adalah sebuah tindakan yang memiliki batas ruang dan waktu. Kekerasan dari sisi waktu adalah bahwa kekerasan sudah terjadi sejak masa adam  pula yang dimana anak adam yang melakukan pembunuhan terhadap saudaranya. Sedangkan kekerasan dari sisi ruang adalah bahwa kekerasan juga memiliki ruang, kekerasan dalam rumah tangga adalah sebuah tipe kekerasan yang sangat kecil yang melibatkan satu individu dengan individu lain sedangkan perang yang melibatkan antar golongan adalah salah satu contoh perilaku dengan ruang yang besar.

2.      Pandangan Psikoanalisa terhadap kekerasan
Menurut teori psikoanalisa, struktur jiwa manusia dibagi menjadi tiga, yaitu superego, ego dan id. Superego bekerja berdasarkan prinsip ideal (yang seharusnya). Isi superego adalah segala perintah dan larangan yang dibatinkan (internalisasi) dari orang tua dan tokoh-tokoh yang berkuasa (juga ajaran agama) bagi si anak. Ego bekerja berdasarkan prinsip realita. Egolah yang terutama menggerakkan perilaku sadar individu. Sedangkan id bekerja berdasarkan prinsip kenikmatan/kesenangan. Pribadi yang sehat adalah pribadi yang memiliki ego yang kuat sehingga mampu mengontrol dorongan yang berasal dari id maupun superegonya.
Pada dasarnya perilaku manusia digerakkan oleh dua dorongan dasar, yaitu dorongan untuk hidup (eros) dan dorongan untuk mati (thanatos). Dorongan untuk hidup kemudian oleh Freud dispesifikkan pada dorongan seks (libido) sebagai intinya. Ini disebabkan karena Freud melihat berdasarkan pengalaman prakteknya, banyak pasien yang mengalami gangguan mental disebabkan mereka tidak mampu mengekspresikan dorongan seks mereka secara wajar. Libido ini yang mengisi energi pada id.
Pada bagian lain, energi superego berasal dari thanatos. Itulah sebabnya mengapa orang yang superegonya kuat dan mendominasi kepribadiannya, mudah diliputi kecemasan dan rasa bersalah yang pada akhirnya membuat individu diliputi perasaan putus asa dan depresi (bahkan keinginan untuk bunuh diri). Ini terjadi karena energi thanatos diarahkan kepada diri sendiri. Sedangkan bila energi thanatos diarahkan ke luar, ini akan muncul dalam bentuk perilaku agresi yang bersifat destruktif termasuk di dalamnya rupa-rupa tindak kekerasan.
Berdasarkan pandangan psikoanalisa tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya dorongan untuk melakukan tindak kekerasan memang sudah menjadi sifat dasar manusia (bawaan). Semua manusia berpotensi (tanpa kecuali) untuk melakukan tindak kekerasan (entah terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain).

3.      Pandangan behaviorisme terhadap kekerasan
Berbeda dengan psikoanalisa, behaviorisme berpendapat bahwa kekerasan disebabkan dari hasil belajar. Manusia akan cenderung mengulangi tingkah laku yang menguntungkan dirinya sehingga tingkah laku tersebut akhirnya menjadi sifat dirinya. Orang yang berbadan kekar cenderung akan melakukan tindakan agresif karena tindakan tersebut lebih banyak menguntungkan dirinya (orang lain yang badannya kecil akan kalah dengannya). Di sini berlaku prinsip penguatan (reinforcement).
Tingkah laku juga terjadi karena adanya modelling (belajar meniru). Bila lingkungan sekitar (orang tua, saudara, tetangga, media) menyajikan adegan-adegan kekerasan, maka sangatlah mungkin individu akan meniru tindakan kekerasan tersebut.Jadi, behaviorisme melihat bahwa perilaku kekerasan terjadi karena memang perlilaku tersebut membawa konsekuensi yang positif (menyenangkan) bagi individu pelakunya serta karena memang lingkungan menyediakan model-model untuk melakukannya.

C.    Stress Adaptasi
1.      Pengertian stress adaptasi
Stres adalah penekanan pada peristiwa-peristiwa dan situasi-situasi negatif yang dialami individu yang dapat menimbulkan efek yang tidak teratur pada perilakunya(lahey dan ciminero, 1998). Stress muncul akibat terjadinya kesenjangan antara tuntutan yang dihasilkan lehtransaksi antara individu dan lingkungan dengan sumberdaya biologis phisikologis atau system social yang dimiliki individu tersebut (sarafino,1998).
Adaptasi adalah proses penyesuaian diri terhadap beban lingkungan agar organisme dapat bertahan hidup.
2.      Proses Terjadinya Stres dan Adaptasi
Penyebab Stres dan Stressor Phisikososial
Stressor Phisikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehiduan seseorang, sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi untuk mengadapi setresor terseut. Stress tersebut pada dasarnya berasai kehidupan manusia itu sendiri dengan individu lainnya atau masalah yang didapat dari hasil akan sosial itu. Tanpa sebuah penyesuaian seseorang terhadap kondisi tekanan tersebut, maka dia tidak akan dapat menjalani kehidupannya sebagai mana semestinya. Maka dari itu manusia akan berusaha untuk menyesuaikan dirinya untuk bisa menghadapi masalah tersebut dan dengan demikian kondisi tekanan yang disebabkan oleh hal yang serupa akan lebih baik diselesaikan.

3.      Rentang Respon dan Adaptasi
Dalam tahun 1936, Selye merumuskan Sress sebagai General Adaptation Syndrome (GAS) atau sindrom penyesuaian umum.Bila faktor penyebab stress tidak dapatdiatasi dan faktor penyebab tresebut terlalu besar maka reaksi tubuh yaitu GAS mulai bekerja untuk melindungi individu agar dapat bertahan hidup. GAS Pada dasarnya merupakan reaksi fisiologis akibat rangsangan fisik dan psikososial. Bila individu terrancam oleh stress, isyaratnya akan dikirim ke otak dan otak mengirim informasi kehipotalamus sehingga saraf otonom dan endokrinterstimulasi. Akibatnya terjadi perubahan fisiologis berupa gejala dari sistem saraf otonom dan endokrin. Selye membagi reaksi umum tubuh terhadap Stress dalam tiga tahap yaitu Reaksi Waspada, Reaksi Melawan, dan Reaksi Kelelahan.
a.       Tahap Reaksi Waspada
Pada tahap ini dapat dilihat reaksi psikologis “fight or flight syndrome” dan reaksi fisiologis. Pada tahap ini individu mengadakan reaksi pertahanan terekspos pada stresor. Tanda fisik yang akan muncul adalah curah jantung meningkat, peredaran Darah darah cepatdarah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstrermitas. Karenya banyaknya organ tubuh yang terpengaruhi, maka gejala stress akan mempengaruhi denyut nadi, ketegangan otot. Pada saat yang sama, daya tahan tubuh berkurang, dan bahkan bila stressor sangat besar atau kuat (misal: Luka bakar hebat, suhu yang terlalu panas/dingin) daoat menimbulkan kematian.
b.      Tahap Melawan
Pada tahap ini individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi untuk mengatasi stressor. Tubuh berusaha menyeimbangkan prosses fisiologis yang telah dipengaruhi selama reaksi waspada untuk sedapat mungkin untuk kembali keadaan normal dan pada waktu yang sama tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stres.
c.       Tahap Kelelahan
Tahap ini terjadi ketika ada suatu perpanjangan tahap awal stress yang tubuh individu telah trebiasa. Energi penyesuaian terkuras, dan individu tersebut tidak dapat lagi mengambil dari berbagai sumber untuk penyesuaian yang digambarkanpada tahap kedua. Akan timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, bisul, colitis.
D.    Ego yang Dapat Timbul pada Perawat dalam Menghadapi Klien
Pengertian ego itu sendiri adalah sebuah konsep indifidu tentang diri meraka sendiri. Sehingga yang dimaksud ego dalam keperawatan adalah sebuah konsep diri seorang perawt dalam menjalankan tugas mereka sebagai perawat. Dalam hal ini ego yang sering dimaknai adalah sebuah konsep yang mementingkan atau mengutamakan diri sendiri meski dalam hal positifnya ego juga seringkali merujuk pada hal yang positif yang mengingat pada pengertiannya tentang konsep diri.
1.      Ego perawat yang tidak baik kepada pasien
Perawat adalah seorang yang melaksanakan tindakan keperawatan. Tanpa adanya seorang perawat, tentunya tidak akan ada sebuah tindakan keperawatan yang langsung terjadi dengan sebagaimana mestinya terhadap pasien.salah satu definisi juga menyatakan bahwa kualitas pelayanan kesehatan biasanya mengacu pada kemampuan rumah sakit, memberi pelayanan yang sesuai dengan standar profesi kesehatan dan dapat diterima oleh pasiennya. Dari pengaertian tersebut disimpulkan bahwa perawat adalahyang menjadi faktor utama kualitas sebuah rumah sakit, dikarenakan jasa seorang perawatlahyang akan lebih bisa dirasakan olehseorang pasiennya.
Dalam menjalanka tugasnya sebagai perawat tentunya setiap individu perawat memiliki kepribadian yang kadangkala tidak bisa menyesuaikan dengan sikap yang sehrusnya dia lakukan. Itu semua dipengaruhi oleh ego dari setiap individu perawatnya dala melaksanakan tindakan keperawatan. Adapun tindakan perawat yang cenderung memiliki ego yang tidak baik diantarangya:
a.       Tidak memiliki simpati
Simpati merupakan sebuah rasa kepedulian seseorang terhadap individu lainnya. Rasa simpati merupakan sebuah rasa yang pada umumnya harus dimiliki dan yang merupakan prinsip seorang perawat terhadap pasiennya. Tanpa adanya rasa simpati seorang perawat terhadap pasiennya dia tidak akan pernah bisa mewujudkan sebuah tindakan asuhan keperawatan yang didalamnya melibatkan proses kepedulian dan membantu pasiennya.
b.      Jenuh
Jenuh merupakan sebuah tindakan manusia yang merujuk kepada batas akan rasa suka yang manusia lakukan dalam artian, dalam artian manusia itu telah merasakan bosan. Sikap ini kerap sekali timbul pada seorang perawat, kondisi perawat yang seperti demikina itu dapat mempengaruhi akan kualitas pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh seorang perawat.
c.       Malas
Malas adalah sebuah sikap atau perilaku cenderung tidak melakukan sesuatu. Malas adalah ego pada seorang perawat yang seringkali muncula dan yang memang seharusnya di inggalka oleh seorang perawat. Kondisi seseorang perawat yang malas dapat sangat mempengaruhi terhadap keefetifan dalam proses tindakan keperawatan, sehingga memungkinkan pasien tidak mendapatkan perawatan yang sebagai mana mestinya. Dan kadang kala denga sifat inilah pasien kerapkali tidak mendapatka apa yang seharusnya dia dapatkan.
Pada dasarnya dalam sebuah tindakan keperawatan dapat mempengaruhi psikologi seseorang pasiennya yang diaman tingkat kesembuhan tidak hanya bisa diefektifkan hanya dengan sebuah tindakan pengobatan saja, oleh sebab itu memang sangat penting untuk menjaga kedekatan seorang perawat dengan pasiennya yang selalu memperhatikan aspek biopsikososialnya.
2.      Sikap pelaku pelayanan yang semestinya dilaukan perawat
Soegiarto (1999) menyebutkan lima aspek yang harus dimiliki jasa pelayanan, yaitu :
a.         Cepat, waktu yang digunakan dalam melayani tamu minimal sama dengan batas waktu standar. Merupakan batas waktu kunjung dirumah sakit yang sudah ditentukan waktunya.
b.        Tepat, kecepatan tanpa ketepatan dalam bekerja tidak menjamin kepuasan konsumen. Bagaimana perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien yaitu tepat memberikan bantuan dengan keluhan-keluhan dari pasien.
c.         Aman, rasa aman meliputi aman secara fisik dan psikis selama pengkonsumsian suatu poduk atau. Dalam memberikan pelayanan jasa yaitu memperhatikan keamanan pasien dan memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada pasien sehingga memberikan rasa aman kepada pasien.
d.        Ramah tamah, menghargai dan menghormati konsumen, bahkan pada saat pelanggan menyampaikan keluhan. Perawat selalu ramah dalam menerima keluhan tanpa emosi yang tinggi sehingga pasien akan merasa senang dan menyukai pelayanan dari perawat.
e.         Nyaman, rasa nyaman timbul jika seseorang merasa diterima apa adanya. Pasien yang membutuhkan kenyaman baik dari ruang rawat inap maupun situasi dan kondisi yang nyaman sehingga pasien akan merasakan kenyamanan dalam proses penyembuhannya.
Berdasarkan pandangan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kualitas pelayanan keperawatan adalah sebagai berikut :
a.         Penerimaan meliputi sikap perawat yang selalu ramah, periang, selalu tersenyum, menyapa semua pasien. Perawat perlu memiliki minat terhadap orang lain, menerima pasien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar belakang sosial ekonomi dan budaya, sehingga pribadi utuh. Agar dapat melakukan pelayanan sesuai aspek penerimaan perawat harus memiliki minat terhadap orang lain dan memiliki wawasan luas.
b.        Perhatian, meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan perlu bersikap sabar, murah hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan pertolongan kepada pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan, memiliki sensitivitas dan peka terhadap setiap perubahan pasien, mau mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan pasien.
c.         Komunikasi, meliputi sikap perawat yang harus bisa melakukan komunikasi yang baik dengan pasien, dan keluarga pasien. Adanya komunikasi yang saling berinteraksi antara pasien dengan perawat, dan adanya hubungan yang baik dengan keluarga pasien.
d.        Kerjasama, meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarga pasien.
e.         Tanggung jawab, meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas, mampu mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta tepat dalam bertindak.
3.      Harapan Pasien Terhadap Pelayanan Keperawatan
Klien menginginkan perawat yang melayaninya memiliki sikap baik, murah senyum, sabar, mampu berbahasa yang mudah difahami, serta berkeinginan menolong yang tulus dan mampu menghargai klien dan pendapatnya. Mereka mengharapkan perawat memiliki pengetahuan yang memadai tantang kondisi penyakitnya sehingga perawat mampu mengatasi setiap keluhan yang dialami oleh individual klien (Meyers & Gray, 2001). Namun demikian masih banyak ditemukan keluhan klien tentang perawat yang kurang ramah, kurang tanggap dan kurang kompeten.
Saat ini pasien mengharapkan pelayanan kesehatan khususnya keperawatan yang memuaskan. Pada kenyataannya saat ini masih banyak juga pelayanan rumah sakit yang dikeluhkan oleh pasien. Kasus Prita Mulyasari (32) yang tidak puas dengan pelayanan di RS Omni Tangeran. Ia menulis email tentang pelayanan di RS omni yang tidak memuaskan, tetapi RS membawa Prita ke jalur hukum dan langsung ditahan. Sejak kasus itu muncul suasana RS omni sekarang semakin sepi dan lengang. Pantauan di lokasi tidak banyak aktivitas di dalam RS omni, ruangan megah itu terlihat lapang karena yang ada hanya pelayanan administrasi dan pelayanan farmasi (http:/ruang hati.com/2009/06/09).Di RS Tria Dipa Jakarta seorang pasien mengatakan tidak puas dengan pelayanan yang ada. Kejadian ini bermula saat membawa bapaknya di UGD RS Tria Dipa karena tidak bisa buang air besar selama tiga hari yang tidak segera dilayani dan merasa disepelekan oleh petugas UGD dengan berbagai alasan. Mereka malah menyuruh megurus administrasi dengan sikap yang tidak bersahabat. Akhirnya pasien tadi meninggal dunia (http:/haryono,multiply,com/journal/item/165)
Memang harapan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan di Rumah Sakit tidak selalu sesuai apa yang diinginkan masyarakat. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan perawat. Semakin tinggi pengetahuan dan pendidikan seorang perawat akan lebih cepat dan tanggap akan kebutuhan bio, psio, sosial dan spiritual bagi pasien maupun keluarga pasien. Sehingga perawat akan lebih mampu dalam membantu pasien untuk mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi. Sedangkan para penerima jasa pelayanan kesehatan saat ini telah menyadari hak-haknya sehingga keluhan, harapan, laporan, dan tuntutan ke pengadilan sudah menjadi suatu bagian dari upaya mempertahankan hak mereka sebagai penerima jasa tersebut.
BAB III
PENUTUP
III. 1.   Kesimpulan
1.      Kasus kepribadian
Kasus kepribadian adalah sebuah kejadian dimana seseorang individu mengalami sebuah penyimpangan kepribadian.
Menurut Abraham maslow psikologi kepribadian seseorang diantaranya:
1.       Kebutuhan-kebutuhan fisiologis atau Biologis
2.       Kebutuhan akan Rasa Aman
3.       Kebutuhan akan rasa cinta kasih
4.       Kebutuhan akan penghargaan
5.       Kebutuhan akan aktualisasi diri
Sehingga kesimpulannya adalah sebuah kasus dalam psikologi yang dinilai abnormal adalah seseorang yang tidak memiliki atau tidak bisa mengembangkan kelima aspak tersebaut.
2.      Kekerasan
Kekerasan merupakan sebuah kegiatan fisik yang dapat menyebabkan kerusakan atau kematian pada fisik indifidu lainnya. Kekerasan juga merupakan sebuah kegiatan fisik yang memiliki ruang lingkup ruang dan waktu.
3.      Stres adaptasi
Stres adalah penekanan pada peristiwa-peristiwa dan situasi-situasi negatif yang dialami individu syang dapat menimbulkan efek yang tidak teratur pada perilakunya. Sedangkan adaptasi adalah sebuah proses penyesuaian seseorang terhadap sebuah hal. Stress adaptasi adalah sebuah kondisi penyesuaian antara seseorang indifidu terhadap kondisi penekanan mental untuk menjadi lebih setabil dalam kurun waktu yang akan datang.
4.      Ego yang dapat timbul pada perawat dalam menghadapi klien
Ego merupakan sebuah kopnsep individu tentang diri mereka sendiri. Sehingg ego dalam hal pelayanan kesehatan adalah konsep perawat tentang diri merekasendiri dalam menjalankan tugas mereka. Dalam hal ini ego yang kerap kali timbul diantaranya tidak memiliki simpati, jenuh dalam melakukan tindakan pelayanan kesehatan dan malas melakukan tindakan keperawatan kepada klien.
III. 2.   Saran
Dalam sebuah konsep keperawatan, ego dari setiap individu memang sesuatu yang harus diperhitungkan dalam melakukan ebuah tindak keperawatan. Sehingga materi ini patut diperhatikan dan harus menjadi sebuah pondasyang dapat menyadarkan para mahasiswa akan ketentuan yang sesungguhnya tentang bagaimana pelayanan kesehatan sebagai mestinya. Oleh sebab itu sudah seyogyanya materi ini menjadi sebuah kajian yang sangat penting untuk para mahasiswa dalam mengsiasati tindak asuhan keperawatan dari segi psikologi
Daftar pustaka:
1.        http://ijammeru.blogspot.com/2011/04/makalah-asuhan-keperawatan-stress.html
2.        http://nurulindrawati.blogspot.com/p/emosi-stress-dan-adaptasi.html
3.        http://tiussis.blogspot.com/2008/12/psikologi-kekerasan.html
4.        http://baihidlajiandra.blogspot.com/2011/02/sikap-perawat-dalam-pelayanan-di-rs.html
5.        http://makulnurse.blogspot.com/2013/03/sikap-perawat_1171.html
6.        http://tedjho.wordpress.com/2012/04/15/stress-dan-adaptasi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar