Jumat, 12 September 2014

domain perilaku kesehatan


BAB I
PENDAHULUAN
I.         1. Latar Belakang
Dalam pembentukan kepribadian seseorang begitu banya faktor yang terlibat. Seseorang individu akan menyesuaikan perilaku dan kebiasaannya demi mengantisipasi kebutuhan sosialnya. Ini dilakukan karena seorang manusia memiliki kebutuhan untuk bisa mendapatkan respon adari lingkungan terhadap apa yang dia lakukan dengan harapan akan terjalin interaksi yang baik yang saling menguntungkan. Demi menjalin interaksi yang baik dan berkualitas tentunya ada usaha-usaha dari individu untuk mencapai peningkatan kualitas diri itu melalui pembelajaran.
Akan tetapi tidak semua individu berhasil dan melakukan interaksi sosialnya dengan baik dan positif. Ada sebagian diantara individu yang memiliki peribadi yang menyimpang dari norma dan ketentuan yang ada di lingkungan sosial di sekitarnya. Sehingga individu ini perlu beradaptasi lagi dan harus melakukan usaha-usaha untuk mengubah keperibadiannya kearah yang lebih positif, demi menjalin hubungan yang baik dan keinginan untuk bisa diterima dengan baik di lingkungannya.


1.        2. Rumusan Masalah
2.        Mengetahui dan memahami domain perilaku
3.        Mengetahui hubungan perilaku dan kebiasaan
4.        Usaha-usaha memperbaiki perilaku negetif
5.        Mengetahui perilaku prepentif

















BAB II
PEMBAHASAN

II.      1. Domain Perilaku
Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologis pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 domain. Pembagian ini dilakukan untuk tujuan pendidikan. Bahwa dalam suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yakni:
1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomotor
Dalam perkembangannya, Teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni:
  1. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan. (knowledge)
  2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan. (attitude)
  3. Tindakan atau praktek yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan. (practice)
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu lebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya. Oleh karena itu menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui itu. Pada akhirnya, rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Akan tetapi, di dalam kenyataan stimulus yang diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan, artinya, seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru dengan mengetahui terlebih dahulu terhadap makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain, tindakan (practice) seseorang tidak harus disadari oleh pengetahuan atau sikap.
1.       Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni, indra penglihatan, pendengaran, penciuman, raba dan rasa. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Proses yang terjadi pada saat seseorang mengadopsi perilaku baru secara berurutan ( Rogers, 1974), yaitu:
  1. Awareness (kesadaran), orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
  2. Interest (tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.
  3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
  4. Trial (mencoba), subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai denbgan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
  5. Adoption (berperilaku baru), subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Penerimaan perilaku baru yang didasari oleh pengetahuan akan menyebabkan perilaku baru yang bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak disadari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.
a. Tingkat pengetahuan di Dalam Domain Kognitif.
1. Tahu (know)
  • Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari .
  • Termasuk tingkat pengetahuan yang paling rendah yakni mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
  • Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:  menyebutkan,menguraikan, mendefinisikan,  menyatakan.
  • Contoh : menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dari protein pada anak balita.
2. Memahami (comprehension).
  • Merupakan kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan  dapat menginterpretasikan  materi tersebut secara benar.
  • Orang yang telah paham harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan.
  • Contoh : dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
3. Aplikasi (aplication)
  • Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
  • Dapat diartikan  sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan prinsip.
  • Misalnya: Dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip siklus pemecahan masalah di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (analysis)
  • Merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lain.
  • Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja :
Ø  dapat menggambarkan (membuat bagan)
Ø  membedakan
Ø  memisahkan
Ø  mengelompokan.
5. Sintesis (synthesis)
  • Merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.( menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada).
  • Misalnya :  dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan dan menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
  • Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi  atau objek.
  • Penilaian berdasarkan kriteria sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
  • Misalnya :        Dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak  kekurangan gizi.
Dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat.
Dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB.
b. Pengukuran pengetahuan
Pengetahuan dapat diukur berdasarkan isi materi dan kedalaman pengetahuan. Isi materi dapat diukur dengan metode wawancara atau angket sedangkan kedalaman pengetahuan dapat diukur berdasarkan tingkatan pengetahuan.
2. Sikap
Sikap masih merupakan reaksi tertutup, tidak dapat langsung dilihat , merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut :
“An enduring system of positive or negative evaluations, emotional feelings and pro or conection tendencies will respect to social object” (Krech et al, 1982)
“An individual’s social attitude is an syndrome of respons consistency with regard to social objects.” (Cambell, 1950)
“A mental and neural state of rediness, organized through expertence, exerting derective or dynamic influence up on the individual’s respons to all objects and situations with which it is related”. (Allpor, 1954)
“Attitute entails an existing predisposition to respons to social abjects which in interaction with situational and other dispositional variables, guides and direct the obert behavior of the individual.” (Cardno, 1955)
Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. (Lihat diagram)
Sikap terdiri dari 3 komponen pokok, Allport (1954):
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu obyek
2. Kehidupan emosional  terhadap suatu obyek
3. Kecenderungan untuk bertindak
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh seorang ibu telah mendengarkan penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio.
Dalam berpikir ini, komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat akan mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Sehingga ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit polio ini.
a. Tingkatan Sikap.
1.         Menerima (receiving).
Orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang  diberikan (objek).
Misalnya : Sikap orang terhadap gizi dapat terlihat dari kesediaan dan
perhatian terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.
2.         Merespon (responding).
Merespon yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Usaha tersebut menunjukkan bahwa orang  menerima ide.
3.         Menghargai (valuing).
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
Misalnya :  Seorang ibu mengajak ibu lainnya (tetangga, saudara dsb) untuk pergi menimbangkan anaknya  ke posyandu.
Berdasarkan contoh diatas, ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap  gizi anak.
4.         Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Bertanggung jawab merupakan sikap yang paling tinggi.
Misalnya : seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun                        mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya
b. Pengukuran sikap :
  • Secara langsung  dapat ditanyakan bagaimana  pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.
Misalnya : bagaimana pendapat Anda tentang pelayanan di Rumah Sakit ?.
  • Secara tidak langsung dapat dibuat pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.
Contoh :Apabila rumah ibu luas, apakah boleh dipakai untuk kegiatan  posyandu ? Jawaban : ( setuju , tidak setuju )
3. Tindakan (Praktek)
Tindakan merupakan suatu perbuatan nyata yang dapat diamati atau dilihat. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Sikap ibu yang sudah positif terhadap imunisasi tersebut harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya suami atau isteri, orang tua atau mertua sangat penting untuk mendukung praktek keluarga berencana.
a. Tingkatan praktek
1.    Persepsi (perception)
Persepsi merupakan mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan  yang  akan diambil.
Misalnya : Ibu dapat memilih makanan yang bergizi untuk                            anak balitanya.
2.     Respon terpimpin (guided response).
Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan  sesuai dengan contoh.
Misalnya : Ibu memasak sayur dengan benar, yaitu mulai dari cara mencuci, memotong dan lamanya memasak.
3.      Mekanisme (mecanism).
Mekanisme yaitu dapat melakukan  dengan benar, secara otomatis/ kebiasaan
Misalnya : Mengimunisasikan bayinya tanpa  perintah atau ajakan
orang lain.
4.       Adopsi (adoption).
Adopsi merupakan tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Dengan kata lain, dapat memodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Misalnya : ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi
tinggi berdasarkan bahan- bahan yang murah dan sederhana
b. Pengukuran praktek :
1.      Tidak langsung : wawancara terhadap kegiatann yang telah dilakukan beberapa jam,hari atau bulan yang lalu.
2.      Langsung :mengobservasi  tindakan atau kegiatan  responden.



II.       2. Hubungan Perilaku Dengan Kebiasaan
a.        Perilaku

Perilaku adalah sebuah rangkayan tindakan yang dilakukan oleh seorang individu demi menyikapi stimulus dari luar tubuhnya sebagai respon dari rangsangan yang dia terima. Perilaku juga menjadi kajian ilmu psikologi dikarenakan perilaku merupakan tingkah laku manusia yang paling bisa diamati dan diukur secara langsung.
Hal-hal yang mempengaruhi perilaku atau kebiasaan:
1.        Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2.        Kebudayaan
B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.
3.        Orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
4.        Media massa. Sebagai sarana komunikasi
berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5.        Institusi Pendidikan dan Agama
Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6.        Faktor emosi dalam diri
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka.

b.        Kebiasaan

Kebiasaan adalah sebuah pola perilaku yang sudah tertata sesuai dengan karakteristik seseorang yang dimana ditanamkan oleh seorang individu dalam dirinya atau memang sudah ada demi menghadapi masalah atau persoalan yang dihadapinya. Kebiasaan juga merupakan serangkayan pola perilaku yang khas dan berulang-ulang. Perilaku dan kebiasaan sangatlah erat keterkaitannya, yang dimana sebuah kebiasaan tidak akan dibentuk tanpa adanya sebuah pola perilaku yang dilakukan secara beruang-ulang dan teratur.
Hal-hal yang mempengaruhi faktor kebiasaan samahalnya dengan perilaku, akan tetapi jika sebuah perilaku itu tidak dilakukan secara teratur dan berulang dalam sebuah tindakan menghadapi sesuatu, maka hal tersebut tidak akan menjadi sebuah pola kebiasaan seseorang. Misalkan seorang anak yang berperilaku baik dan sopan karena berhadapan dengan seorang guru atas dasar kebutuhan sesaat saja, maka perilaku itu tidak akan menjadi sebuah kebiasaan jika dia tidak menganggap sikap itu penting untuk selalu diterapkan dalam kehidupannya. Akan tetapi jika seorang anak berperilaku sopan kepada seorang guru karena memang dia menganggap hal tersebut penting terhadap seseorang yang seharusnya dia hargai maka hal itu akan menjadi kebiasaan dia untuk berperilaku sopan didepan gurunya atau orang lain yang dia hargai.


II.       3. Usaha-Usaha Untuk Memperbaiki Perilaku Negatif

Perilaku negatif
Perilaku negative adalah sebuah tindakan atau kebiasaan yang menyimpang dari aturan moral atau norma yang terdapat dalam lingkungan tersebut yang dipandang kurang baik.
Adapun faktor yang menyebabkan perilaku negative diantaranya ada fakto internal dan eksternal:
Faktor imternal:
1.        Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri individu memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Adapun orang yang berperilaku negatif adalah orang yang gagal dalam  pencapaian integrasi ke dua.
2.        Kontrol diri yang lemah
individu yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku negatif. Begitupun bagi individu yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya..
adapun faktor eksternal adalah faktor-faktor keseharian yang bisa didapat oleh indifidu dalam kehidupanya:
1. Lingkungan keluarga
2. Teman interaksi
3. Lingkungan dimana dia tinggal


III.             4. Mode-mode prilaku preventif

1.      Meneladani seorang figure yang baik
Sepertihalnya perilaku  negatif yang sebagian besar didapat dari teman interaksi, maka demikian pula untuk mengatasi hal ini yaitu dengan meneladani atau mencontoh individu lain yang memiliki karakter positif.
2.      Motifasi dari luar
Motifasi atau dorongan mental dari luar mungkin diperlukan untuk dukungan individu melakukan perilaku yang positif, dimana individu akan lebih percaya diri dan terdorong untuk melakukan hal yang lebih baik.
3.      Memilih atau menentukan lingkungan sosial
Kita ketahui lingkukngan sosialah yang mengambil perannan penting dalam pembentukan sikap seseorang. Dengan memilih lingkungan yang lebih baik, tentunya akan mendorong individu lain untuk menyesuaikan kearah yang lebih baik pula.
4.      Keinginan dan motifasi diri
Bagi seseorang yang sudah bertekad dan memotifasi dirinya untuk meninggalkan perilaku negatif, dia pasti akan terdorong dari segi moralnya dan akan berusaha untuk mengubah sikapnya melalui diri sendirinya dan akan memilih pula interaksi yang mendorong niatnya.
5.      Mengefektifkan fungsi dan peranan lembaga-lembaga sosial 
Lembaga-lembaga sosial yang dimaksud adalah polisi, pengadilan, sistem adat dan tokoh masyarakat. Lembaga-lembaga sosial ini ber- fungsi mengawasi setiap tindakan masyarakat agar senantiasa sesuia dengan nilai dan norma.
6.      Memberikan pendidikan baik formal atau formal di keluarga dan dimasyarakat. 
Pendidikan formal berbentuk sekolah. Sekolah hendaknya menjadi bagian integral dari masyarakat sekitarnya. Seseuai dengan asas pendidikan seumur hidup, sekolah hendaknya memiliki dwifungsi yaitu mampu memberikan formal dan pendidikan nonformal yang 102 Sosiologi untuk SMA dan MA kelas X z berorientasikan pada pembangunan dan kemajuan sehingga dapat menyiapkan generasi yang memiliki pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal hidupnya.
7.      Meningkatkan pendidikan moral dan etika
Pendidikan moral tujuannya yaitu untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma baik yang dianut secara kelompok ataupun secara masyarakat.






























BAB III
PENUTUP
III. 1. Kesimpulan
Domain Perilaku
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologis pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 domain. Pembagian ini dilakukan untuk tujuan pendidikan.
1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomotor
Dalam perkembangannya, Teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni:
  1. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan. (knowledge)
  2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan. (attitude)
  3. Tindakan atau praktek yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan. (practice)
Hubungan Perilaku Dengan Kebiasaan
Perilaku adalah sebuah rangkayan tindakan yang dilakukan oleh seorang individu demi menyikapi stimulus dari luar tubuhnya sebagai respon dari rangsangan yang dia terima.
Kebiasaan adalah sebuah pola perilaku yang sudah tertata sesuai dengan karakteristik seseorang yang dimana ditanamkan oleh seorang individu dalam dirinya atau memang sudah ada demi menghadapi masalah atau persoalan yang dihadapinya.
Usaha-Usaha Untuk Memperbaiki Perilaku Negatif
faktor yang menyebabkan perilaku negative:
1.      Krisis identitas
2.      Kontrol diri yang lemah
3.      Lingkungan keluarga
4.      Teman interaksi
5.      Lingkungan dimana dia tinggal
Mode-mode prilaku preventif
  1. Meneladani seorang figure yang baik
  2. Motifasi dari luar
  3. Memilih atau menentukan lingkungan sosial
  4. Keinginan dan motifasi diri
  5. Mengefektifkan fungsi dan peranan lembaga-lembaga sosial 
  6. Memberikan pendidikan baik formal atau formal di keluarga dan dimasyarakat. 
  7. Meningkatkan pendidikan moral dan etika. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar